Di kawasan pura yang terletak di Banjar Sebatu, Desa Sebatu, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Bali ini terdapat satu area untuk melukat, yakni Pasiraman Dalem Pingit Sebatu.
Meski belum seterkenal Pura Tirta Empul yang berada di Tampaksiring, tetapi sejak ditemukan di 2007 hingga sekarang, kawasan melukat satu ini sudah cukup ramai dikunjungi, khususnya oleh masyarakat Hindu Bali.
Sejarah Pasiraman Dalem Pingit Sebatu
Jro Mangku Pura Dalem Pingit Sebatu, I Wayan Adi Armika. Sekitar tahun 2007-an, area penglukatan ini ditemukan oleh tamu asing. Ketika itu tamu tersebut hendak mencari tempat permandian yang bersih,asri dan tenang disekitar desa.
Kemudian menemukan tempat yang sekarang disebut Pasiraman Dalem Pingit Sebatu. Ketika itu warga sekitar belum mengenal tempat itu sebagai genah atau tempat melukat. Menurut Jro Mangku, saat mencoba air di sana, tamu asing tersebut terkejut.
Hal ini dikarenakan sebuah fenomena, ia melihat air tersebut berubah warna menjadi keruh seperti warna air beras. Dari sana kabar tersebut menjadi perbincangan di kalangan masyarakat.
Hingga kemudian para tetua dan pemangku di Desa Sebatu mengetahui keadaan tersebut dan memutuskan mengadakan pararem atau paruman, untuk meminta petunjuk tentang tempat ini.
“Tirta ini konon untuk menghilangkan ilmu hitam. Ada juga, masyarakat, yakni pasangan yang sudah menikah dan belum punya anak melukat bersama di sini,” ujar Jro Mangku Adi Armika.
- JUAL BANTEN MURAH hub.08980563916 atau KLIK DISINI
- JUAL BANTEN MURAH hub.08980563916 atau KLIK DISINI
Sarana Melukat Di Sebatu
Adapun sarana-sarana untuk penangkilan / melukat disini yaitu:
1.Daksina pejati,terutama bagi mereka yang pertama kali melukat.
2.Pejati yg dibawa hendaknya berisi pisang/biu kayu, berisi bunga tunjung warna bebas.
3.Sarana muspa menggunakan kuangen dengan menggunakan bunga jempiring,sekar tunjung biru & pis bolong (uang bolong) 11 kepeng.
4.Pakaian yg di pakai nangkil yaitu pakaian adat bali, dimana pada saat melukat boleh hanya memakai kain kamen dan disarankan untuk tidak memakai perhiasan.
2.Pejati yg dibawa hendaknya berisi pisang/biu kayu, berisi bunga tunjung warna bebas.
3.Sarana muspa menggunakan kuangen dengan menggunakan bunga jempiring,sekar tunjung biru & pis bolong (uang bolong) 11 kepeng.
4.Pakaian yg di pakai nangkil yaitu pakaian adat bali, dimana pada saat melukat boleh hanya memakai kain kamen dan disarankan untuk tidak memakai perhiasan.
Tata Cara Melukat di Sebatu
Tata cara melukat adalah sebagai berikut :
1. Melakukan persembahyangan di pelinggih pura dalem pingit & kusti yang letaknya agak diatas dari tempat pesiraman,dengan menggunakan sarana kewangen. biasanya dipimpin oleh pemangku pada saat hari keagamaan spt purnama, kajeng kliwon, dsb.
2. Usai sembahyang,kewangen yang ada uang kepengnya dibawa kelokasi melukat. caranya, kewangen di letakan di depan jidat atau ubun ubun seperti saat kita muspa, dengan membasahi kepala dan ubun ubun, setelah kepala basah lepas kewangan agar hanyut bersama air.
3. Setelah selesai melukat,pemedek sembahyang sekali lagi di pelingih yang ada di dekat batu, sekalian nunas tirta dan bija.
1. Melakukan persembahyangan di pelinggih pura dalem pingit & kusti yang letaknya agak diatas dari tempat pesiraman,dengan menggunakan sarana kewangen. biasanya dipimpin oleh pemangku pada saat hari keagamaan spt purnama, kajeng kliwon, dsb.
2. Usai sembahyang,kewangen yang ada uang kepengnya dibawa kelokasi melukat. caranya, kewangen di letakan di depan jidat atau ubun ubun seperti saat kita muspa, dengan membasahi kepala dan ubun ubun, setelah kepala basah lepas kewangan agar hanyut bersama air.
3. Setelah selesai melukat,pemedek sembahyang sekali lagi di pelingih yang ada di dekat batu, sekalian nunas tirta dan bija.
Visit Our Sponsor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar