Senin, 01 Juni 2020

Mengapa Durgā beristana di kuburan (Pura Dalem)?

.
Kata Sansekerta untuk tanah kremasi adalah Sema atau "Śmaśāna", yang terbentuk dari 2 akar kata -- "śam" & "sthāna". "Śam" dapat diterjemahkan berarti "ketenangan", "diam" atau "istirahat" sementara "sthāna" berarti "tempat". Dengan kata lain, Śmaśāna atau tanah kremasi adalah tempat istirahat, ketenangan dan keheningan.
.
Karena Kālī Durgā adalah personafikasi feminim dari Mahākāla Bhairava (waktu), segalanya akhirnya akan dilahap oleh sang waktu. Semua akan akhirnya bersatu dengan Nirguṇa Dakṣiṇa Kālī. Durgā adalah Mūlaprakṛti, esensi dari mana unsur pañca-mahā-bhūta (kebendaan) bersumber dari-Nya, kuburan adalah tempat di mana jīva-jīva harus beristirahat, dan mereka mencapai ketenangan di mana kematian dalam bentuk keheningan hadir. Durgā lebih dikenal sebagai Dewi "kehancuran". Namun, "kehancuran" dalam hal ini tidak berarti bencana atau malapetaka; "kehancuran" di sini menunjukkan pembubaran.

.
Ādi Parāśakti, Diri-Nya Sendiri menciptakan kosmos ini, dan pada akhirnya semuanya larut kembali ke dalam-Nya. Jīva setelah menuai hasil karmanya akan mencapai ketenangan dan kebahagiaan pada Kaki Padma-Nya; oleh karena itu Śmaśāna adalah tempat kediaman-Nya
.
Sema juga dikenal sebagai tempat penolakan, meditasi, dan penebusan doṣa. Kunjungan ke tempat kremasi mengungkapkan kepada kita tentang kemuraman tubuh material ini, yang merupakan sumber kebanggaan bagi jīva yang tertipu oleh Māyā (ilusi); tetapi setelah mati, tubuh akan larut menjadi tumpukan abu. Orang bijak yang menyadari hal ini meninggalkan kesenangan material dan membenamkan diri ke dalam Sādhanā (realisasi ajaran dharma dalam diri seseorang)
.
Inilah sebabnya mengapa Sādhaka dan Sādhikā sejak jaman dahulu baik di Bali dan India telah memilih Sema sebagai pusat praktik spiritual dan mistik mereka.
.
Kematian tidak menyelamatkan siapa pun. Jadilah mungkin dia seorang raja, jadilah dia orang miskin; namun setiap badan ditakdirkan untuk menjadi debu (abu), dan hanya jīva yang abadi. Orang bijak tahu hal ini dengan baik, itulah sebabnya mereka mendedikasikan diri mereka untuk pelayanan kepada Tuhan.
.
#balipunyacerita 
Via @filsafat_hindu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar