Selasa, 30 Juni 2020

Filosofi Hari Raya Saraswati

Upacara yang dilaksanakan oleh umat Hindu, khususnya di Bali memiliki nilai-nilai filosofis, dan para generasi Hindu tidak henti-hentinya diarahkan untuk memahami filosofi yang tersembunyi dibalik semua upacara tersebut. Sebab sesungguhnya ajaran-ajaran agama Hindu lebih banyak disampaikan dalam bentuk upacara, yang mana perlu terus dikupas untuk mendapatkan makna yang terkandung didalamnya.
Secara etimologi, kata Saraswati sendiri berasal dari bahasa sansekerta yaitu dari kata Saras yang berarti sesuatu yang mengalir, seperti air ataupun ucapan. Sedangkan kata Wati berarti memiliki. Jadi kata Saraswati berarti sesuatu yang terus mengalir, atau sebagai suatu ucapan yang terus mengalir. Bagaikan ilmu pengetahuan yang tiada habis-habisnya untuk di pelajari.
Sebuah kata atau ucapan baru akan mempunyai makna lebih bilamana didasari oleh ilmu pengetahuan. Sebab hanya ilmu pengetahuan (dalam arti luas) yang mampu menjadi dasar bagi seseorang untuk memperoleh kebijaksanaan yang merupakan landasan untuk mencapai suatu kebahagiaan lahir bhatin (Ananda).
Pada saat pelaksanaan upacara hari raya Saraswati, umat Hindu di Bali khususnya merayakan dengan menghaturkan upakara kepada tumpukan lontar-lontar dan kitab sastra-sastra agama, serta buku-buku ilmu pengetahuan lain, sebagai wujud syukur atas ilmu pengetahuan yang telah terbit menerangi kehidupan manusia. Umat Hindu memandang Aksara sebagai lambang sthana Sang Hyang Aji Saraswati. Aksara yang termuat dalam bentuk lontar ataupun buku-buku adalah serangkaian huruf-huruf yang membentuk ilmu pengetahuan baik Apara Widya maupun Para Widya.
Apara widya adalah segala pengetahuan yang mengetengahkan tentang ciptaan-ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, termasuk di dalamnya pengetahuan tentang keberadaan Bhuwana agung dan Bhuwana alit.
Para Widya adalah ilmu pengetahuan yang mengajarkan tetang hakekat Ketuhanan itu sendiri.
Di Bali dan di Indonesia pada umumnya tidak terdapat pelinggih khusus untuk memuja Sang Hyang aji Saraswati. Gambar maupun patung Dewi Saraswati yang kita kenal saat ini berasal dari India. Ada yang menggambarkan Dewi Saraswati sedang duduk, ada pula yang menggambarkan Dewi Saraswati sedang berdiri di atas seekor angsa dan bunga teratai. Pun ada yang melukiskan Beliau berdiri di atas setangkai bunga teratai (Padma), dengan ditemani seekor angsa dan merak yang berdiam di kedua sisinya atau mengapit Beliau. Perbedaan versi tersebut bukanlah suatu masalah yang harus di permasalahkan atau di perdebatkan. Namun yang terpenting adalah bagaimana kita memaknai simbol-simbol yang ada untuk memperoleh sari-sari filosofis yang termuat di dalamnya.
Dewi Saraswati yang digambarkan sebagai seorang Dewi yang cantik rupawan, dimaksudkan untuk menyatakan dan melambangkan bahwa ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang demikian menarik dan mengagumkan, sehingga banyak yang tergila-gila untuk mengenalnya. Maka dari itu, seseorang yang dipenuhi oleh ilmu pengetahuan akan memancarkan aura daya tarik yang luar biasa, yang mampu menarik orang-orang di sekitarnya untuk mendekat. Dalam Kekawin Niti sastra dikatakan bahwa : Orang yang tanpa ilmu pengetahuan, amatlah tidak menarik, meskipun masih muda usia , berwajah tampan, dari keturunan yang baik ataupun bangsawan, karena orang seperti itu ibarat bunga teratai yang berwarna merah menyala namun tidak memiliki bau yang harum, yang mampu menarik kumbang-kumbang untuk mendekat, tiadalah gunanya.
Cakepan atau Lontar yang di bawa oleh Dewi Saraswati merupakan perlambang dari ilmu pengetahuan.
Genitri/Japa Mala,  melambangkan bahwa ilmu pengetahuan sesungguhnyalah sesuatu yang tiada akhirnya, tidak akan ada habis-habisnya untuk dipelajari, bagaikan putaran sebuah genitri/japamala yang tiada terputus.
Wina/Rebab adalah sejenis alat musik yang suaranya amat merdu dan melankolis, sebagai perlambang bahwa ilmu pengetahuan mengandung suatu keindahan dan nilai estetika yang sangat tinggi.
Bunga Padma/Teratai berdaun delapan adalah lambang dari pada Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit, sebagai sthana Tuhan Yang Maha Esa dengan Asteswarya-Nya,dan juga merupakan lambang kesucian yang menjadi hakekat daripada ilmu pengetahuan.
Angsa adalah sejenis unggas yang dikatakan memiliki sifat-sifat kebaikan, kebersamaan dan kebijaksanaan. Mereka memiliki kemampuan untuk memilih makanannya, meskipun makanan itu bercampur dengan lumpur atau air kotor. Yang dimasukkan kedalam perutnya hanyalah makanan-makanan yang baik saja, sedangkan yang kotor dan merugikan disisihkannya. Demikianlah seseorang yang telah memahami hakekat kesujatian dari ilmu pengetahuan, akan dapat memilah-milah secara bijak hal-hal yang baik dan benar serta menyisihkan hal-hal yang buruk.
Burung Merak adalah perlambang suatu kewibawaan, sehingga seseorang telah memahami hakekat ilmu pengetahuan dengan baik dan benar akan memancarkan aura kewibawaan, disegani dan dihormati oleh masyarakat.

Visit Our Sponsor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar