Sagung Ayu Wah, Simbol Kepahlawan Wanita Tabanan
Kesetaraan gender mungkin sudah mulai di kenal sejak lahirnya pahlawan Wanita Raden Ajeng Kartini di Jepara, Jawa Tengah. Bahkan sampai sekarang diperingati sebagai Hari Kartini setiap 21 April secara nasional. Namun demikian di Tabanan juga memiliki seorang pahlawan wanita pemberani. Keberaniannya menjadi symbol perjuangan perempuan untuk disejajarkan dengan kaum laki-laki. Karena keberaniannya memimpin pasukan melawan pejajah Belanda menjadi inspirasi bagi perjuangan dan pembangunan perempuan di Tabanan. Dialah Sagung Ayu Wah atau lebih dikenal dengan Sagung Wah. Siapa dan bagaimana kiprahnya pahlawan Sagung Wah?
Visit Our Sponsor
- Jual Hotwheels Langka Murah
- Chocolate Gift & Cake Ulang Tahun Bali
- Jasa Desain Grafis Murah
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar
- Menjual Kaos, Jaket & aksesoris anime, game band dll
- Cari Penghasilan Tambahan Dari Blog..KLIK DISINI
Awalnya tidak banyak yang tahu siapa Sagung Wah. Keberadaan Patung megah seorang perempuan memegang sebilah keris ditandu empat pria kekar di depan gapura Gedung kesenian I Ketut Maria tidak banyak yang bisa dijelaskan. Patung itu sendiri di bangun di tahun 1994. Meski beberapa kali seniman Tabanan menggarap berbagai karya sastra dan karya seni tentang Sagung Wah, Belum banyak yang tahu siapa dia. Sampai akhirnya, Pemkab Tabanan mencoba mencari sejarah keberadaan kota Tabanan. Nama Sagung Wah begitu mencuat. Apalagi dikaitkan dengan keberanaiannya menentang penjajah Belanda meski masih berusia remaja.
Sagung Wah menjadi sejarah besar bagi keberadan Tabanan yang dikenal sebagai Kota Singasana. Sagung Wah merupakan adik perempuan dari Raja Tabanan I Gusti Rai perang yang gugur saaat melakukan perang puputan melawan penjajah Belanda di Puri Denpasar tahun 1906. Kekalahan Raja Badung saat itu membuat pejajah Belanda leluasa untuk menguasai Bali termasuk Tabanan. Bahkan kerajaan Tabanan yang dipimpin keturunan sira Arya Kenceng juga ditaklukan Belanda. Kemegahan Puri Agung Tabanan dihancurkan penjajah Belanda. Seluruh keluarga Puri Agung Tabanan diasingkan ke Lombok. Apa perjuangan Tabanan lantas berhenti ? Ternyata tidak!
Keberadaan Sagung Wah yang seorang perempuan dan masih remaja luput dari perhatian Belanda. Setelah Puri Agung Tabanan di taklukan, Sagung Wah menemui rakyatnya di kaki Gunung Batukaru, tepatnya di wilayah Wangaya Gede, Penebel yang saat itu dipimpin seorang Kubayan. Berdasarkan cerita dari Lontar Balikan Wangaya, Sagung Wah mencoba memompa semangat rakyat dan mengumpulkan para pemuda dan pria di wilayah tersebut untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Tepatnya 5 Desember 1906 Sagung Wah memimpin pasukannya menuju Kota Tabanan hendak menyeranag penjajah Belanda. Dengan menaiki Tandu dengan gagah berani Sagung Wah memimpin pasukannya menuju Tabanan. Dia memegang sebilah keris senjata sakti pura Luhur Batukaru yang kemudian dikenal dengan Ki Baru Gajah. Namun sampai di Desa Wanasari, Sagung Wah mendapatkan informasi, kalau Belanda sudah siaga dengan persenjataan lengkap. Namun hal tersebut tidak lantas menyurutkan keberanian Sagung Wah. Sagung Wah bertekad melawan Belanda.
- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI
Ketika tiba di Tukailang , sebuah desa di utara Kota Tabanan, Pasukan Sagung Wah bertemu dengan pasukan Belanda. Dengan keris yang dibawa, seluruh senjata Belanda baik bedil maupun meriam tidak mau menyala dan menembakan pelurunya. Banyak serdadu Belanda tewas. Namun mereka kemudian mendapatkan senjata sakti dari Puri Tabanan Ki Tulup Empet mampu mengimbangi kesaktian keris Ki Baru Gajah. Bedil dan meriam belanda kembali menyalak dan memuntahkan peluru. Akibatnya psaukan Sagung Wah Banyak yang gugur dan Sagung Wah memutuskan kembali ke Wangaya Gede saat hari mulai gelap.
Selang beberapa saat Sagung Wah memutuskan pindah ke Puri Anyar Kerambitan. Pasalnya Wangaya sudah dicurigai Belanda dan keberadaan Sagung Wah sudah diketahui. Setelah dua hari di Puri Anyar Kerambitan, ada utusan dari Tabanan supaya Sagung Wah kembali ke Puri Tabanan untuk memimpin kerajaan sebagai ratu. Tetapi ternyata hal tersebut hanyalah merupakan tipu muslihat Belanda. Sagung Wah tidak menyadari hal tersebut.
Sagung Wah-pun mau datang ke Puri Tabanan. Sesaat sampai di Dauh Pala, tepatnya di depan Pura pesimpangan Manik Selaka, ketika sedang ditandu untuk menuju Puri Tabanan, Sagung Wah ditangkap Belanda. Dia kemudian diasingkan ke Lombok menyusul keluarganya yang telah diasingkan terlebih dahulu. Hingga diasingkan ke Lombok, cerita tentang Sagung Wah kemudian hilang bagai di telan bumi,karena tidak ada catatan mengenai keberadaan beliau.
Kepahlawanan Sagung Wah inilah menjadi simbol keberanian masyarakat Tabanan dan menjadi bagian sejarah berdirinya Kota Tabanan. Dari berbagai sumber
Kepahlawanan Sagung Wah Diabadikan Lewat Patung
Mampir juga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar