Tradisi Megoak-goakan diadakan setiap tahun di Banjar Dinas Bangah, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Dilaksanakan sehari setelah Hari Raya Nyepi atau tepat pada saat Ngembak Geni melibatkan sekaa teruna Banjar Kelod Kauh Desa Panji menggunakan pakaian serba hitam. Tidak hanya pemuda laki-laki saja yang beraksi pada tradisi yang tidak pernah absen setiap tahunnya. Tetapi juga barisan remaja putri.
Saat kepala goak bersuara Gaaaak dengan lantang, permainan pun dimulai. Pasukan goak yang berbaris panjang saling memegang pinggang di depannya terus bergerak, menghindari serangan komandan pasukan yang akan mencari pasukan goak paling akhir. Keseruan itu pun tidak menghalangi mereka untuk berbasah-basahan dipenuhi lumpur karena sawah yang disiapkan becek dan penuh dengan air.
Sesekali beberapa remaja wanita yang kebetulan melintas di depan jalan arena goak, akan ditarik dan dilibatkan langsung dalam permainan itu. Sorak-sorai masyarakat pun suka cita menyaksikan permainan magoak-goakan tersebut. Apalagi keikut sertaan remaja putri itu diikuti dengan drama digendong dan dicemplungkan ke lumpur.
Download Free Portable Adobe Photoshop CC 2020 Terbaru
Mereka yang tertangkap pasukan goak harus ikut bermain meramaikan tradisi tersebut. Kelian Banjar Dinas Kelod Kauh, Desa Panji, Nyoman Marsa Jaya ditemui di lokasi menjelaskan tradisi magoak-goakan sudah ada sejak kerajaan Ki Barak Panji Sakti. Saat itu pasukan perang Panji Sakti disebut dengan pasukan goak. Panji Sakti sedang berjaya di masa itu menaklukkan sejumlah kerajaan yang ada di sekelilingnya. Salah satunya adalah Blambangan. Sebelum itu ia pun menguji kecakapan pasukan goaknya melalui permainan magoak-goakan yang dipimpin oleh sang patih.
Ekor pasukan goak yang berhasil ditangkap patih kemudian akan diberikan hadiah oleh sana raja sebagai bentuk kesetiaan pengabdian serta semangat juang dalam pertempuran. Begitupun pasukan goak yang ekornya berhasil ditangkap sang patih harus mengikuti seluruh titah raja. “Tradisi ini masih kami lakukan turun temurun dari leluhur kami, sebagai pengormatan Ki Barak Panji Sakti yang pernah menjadi raja Buleleng,” kata dia.
Tradisi itu pun hingga kini diwarisi oleh Desa Panji yang merupakan tempat penetapnya Ki Barak Panji Sakti saat diasingkan dari kerajaan Klungkung pada usia 15 tahun. Tradisi magoak-goakan ini pun disebut sebagai warisan budaya yang sangat kental dengan sejarah Buleleng.
Selain sebagai penghormatan kepada Ki Barak Panji Sakti tradisi magoak-goakan yang dilaksanakan oleh warga Panji hingga saat ini juga disebut sebagai pelestarian budaya. Generasi muda Panji secara bangga dan setia tetap melaksnaakan tradisi ini secara turun-temurun. Dipilihnya ngembak geni setelah nyepi bukan tanpa alasan. Menurutnya saat akan menaklukkan Blambangan, Ki Barak Panji Sakti dan pasukannya berangkat setelah tahun baru Saka.
Meski tidak ada ritual khusus dalam pementasan tradisi ini, namun pihak desa tetap melakukan upacara piuning di lokasi acara untuk kelancaran dan keselamatan. Namun jika tarian magoak-goakan ini dipentaskan dalam kesatuan yang utuh, dalam artian lengkap dengan lelampahan cerita menjelang menggempur Blambangan, baru akan dilakukan upacara matur piuning di Pura Pajenengan yang masih ada di Desa Panji.
Tradisi selalu menyenangkan dan menghibur saat kita bisa melestarikannya.
Terima kasih: Nusa Bali
Visit Our Sponsor
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar