Minggu, 09 Agustus 2020

Tradisi Lukat Geni Desa Sampalan

Apasih arti dari Lukat Geni itu?
Kata melukat dalam Jawa Kuno Indonesia artinya melepaskan, membebaskan. Sedangkan menurut Bahasa Bali, kata lukat, melukat artinya membersihkan kekotoran batin. Sedang kata geni artinya api.Jadi upacara lukat geni adalah suatu bentuk upaya menetralisir keburukan dalam diri mansuia dan alam dengan menggunakan cahaya pengetahuan yang disimbolkan oleh api/geni. Lukat Geni juga bisa diartikan suatu upaya untuk melepaskan, mengurangi kekotoran dengan harapan kondisi selanjutnya menjadi harmonis, seimbang dan pada akhirnya memperoleh kedamaian dan keseimbangan alam dan kebahagiaan lahir batin.

Image by: Tempo
Sejak sore hari, para pemuda berkumpul, untuk ambil bagian dalam tradisi lukat geni. Sementara itu sebelum dilakukan tradisi ini juga ada berbagai persyaratan yang dilakukan. Diantaranya ada beberapa tahapan yag harus dilalui. Seperti membersihkan diri di sumber mata air kemudian dilakukan persembahyangan bersama di Pura Merajan setempat. Ini dilakukan untuk memohon kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa dan para Leluhur agar para peserta diberikan keselamatan dalam melaksanakan ritual tersebut.
Tradisi Lukat Geni dilakukan Krama Puri Satria Kawan, Desa Pakraman Sampalan Paksebali, Kecamatan Dawan, Klungkung. Bertepatan dengan Hari Pangrupukan tradisi ini dilaksanakan untuk menyambut pergantian Tahun Baru Isaka dan diikuti puluhan pemuda Puri Satria Kawan. Tradisi Lukat Geni dilakukan di Catus Pata (Perempatan) Desa Paksebali. Tradisi Lukat Geni merupakan suatu cara pembersihan menggunakan sarana api (Brahma) untuk keseimbangan Bhuana Alit dan Bhuana Agung.
Panglingsir(tokoh) Puri Satria Kawan AA Gde Agung Rimawan menuturkan, Lukat Geni bermakna pembersihan/panglukatan diri dan alam menggunakan sarana api (Dewa Brahma). Lukat Geni atau dikenal dengan perang api ini menggunakan sarana dari daun kelapa kering yang diikat sebanyak 36 lembar. Angka 3 dan 6 jika dijumlahan akan jadi sembilan, atau sembilan penjuru mata angin atau Dewata Nawa Sanga sebagai pelindung atau benteng keselamatan. Selain itu, obor 33 buah juga melengkapi pelaksanaan tradisi ini. Jumlah 33 ini sebagai kekuatan yang terbagi sesuai arah mata angin dan warna. Dari arah timur sebanyak lima buah, selatan sembilan buah, barat tujuh buah dan utara empat buah serta posisi tengah sebagai poros utama sebanyak delapan buah. “Panglukatan itu ada berbagai jenis sarana. Ini kami pakai api (Brahma) sebagai panglukatan,” ujar Rimawan.

DAPATKAN PENGHASILAN TAMBAHAN MINIM RESIKO KLIK DISINI
Selain sebagai pembersihan diri, tradisi Lukat Geni dilaksanakan untuk menjaga keharmonisan Bhuana Alit dan Bhuana Agung, menjaga alam beserta isinya. Sehingga, umat dalam melaksanakan catur brata Panyepian keesokan harinya dapat berjalan dengan baik dan hikmad. “Semoga dengan adanya tradisi ini semakin mempererat persatuan dan kesatuan serta sebagai pedoman bagi generasi muda disini untuk menjaga warisan leluhurnya,” harapnya.
Dengan diiringi tabuh Baleganjur, 18 pasang pemuda mengikuti tradisi ini. Mereka terlibat saling pukul dengan bara api daun kelapa kering tersebut. Tidak ada rasa sakit dan demdam di antara mereka. Semua dilakukan dengan suka cita.
Peserta Lukat Geni, AA Gde Ngurah Putra Yasha mengaku senang mengikuti tradisi ini. Selain dapat berbaur dengan kerabat ataupun saudara, juga bisa melestarikan warisan leluhur yang sudah lama vakum dan kini dibangkitkan kembali. “Saya bangga bisa ikut dalam kegiatan ini, karena bisa melestarikan warisan leluhur,” ungkap pemuda yang sudah empat kali mengikuti tradisi ini. Dia berharap, tradisi ini dapat terus berjalan secara turun temurun, sehingga kedepan bisa menjadi icon/ciri khas dari wilayah Puri Satri Kawan dan Klungkung.
Terima kasih: Nusa Bali
Visit Our Sponsor
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar