Nama Pura Tap Sai, memang belum begitu populer jika dibandingkan dengan Pura Besakih, Pura Luhur Uluwatu, Pura Tanah lot, Pura Lempuyang atau pun Pura Kahyangan Jagat lainnya, namun sekarang sudah mulai banyak pemedek (warga Hindu) yang datang dan bersembahyang di Pura Tap Sai ini, tidak dipungkiri peranan sosial media yang membuat pura ini lebih dikenal oleh masyarakat luas, tempatnya yang jauh dari keramaian di tengah hutan namun mudah dijangkau, membuat orang-orang mulai antusias untuk merasakan aura spiritual di Pura Pajinengan Gunung Tap Sai.
Pura Tap Sai terletak di lereng Gunung Agung. Pura Tap Sai relatif masih minim didengar oleh kalangan umat Hindu di Bali. Umat yang tangkil ke pura untuk meminta keselamatan dan penganugerahan. Tap Sai berasal dari kata matapa saisai (bertapa atau semedi setiap hari)
Dalam lontar Kuntara Bhuana Bangsul disebutkan, 3 dewi yang berstana di dalam Pura Tap Sai, yaitu Ida Dewi Saraswati, Ida Dewi Sri dan Ida Dewi Laksmi. Ketiganya disebut dengan Bhatara Rambut Sedana atau Tri Upa Sedana atau tiga dewi pemberi kesuburan dan penganugerahan. Saat kita baru masuk areal pura kita akan dapat merasakan aura yang begitu damai dan tenang. Terlebih lagi saat ada di Pura Beji di sebelah timur pura utama. Di Pura ini kita bisa melukat sebekum melakukan persembahyangan di pura utama.
Pada halaman utama (utamaning mandala) pura Tap Sai juga ada pelinggih Lingga Yoni yang dililit akar pohon, yang dipercaya umat sebagai tempat umat memohon anak atau keturunan, jodoh, segala permasalahan kesehatan serta memohon tamba (obat) dan juga rejeki. Ingin bersembahyang ke Pura Pajinengan Gunung Tap Sai, ada beberapa tahapan persembahyangan yang dilakukan sebelum ke tujuan utama di utama mandala.
Bagi kawan-kawan yang hendak melakukan persembahyangan ke pura ini bisa mempersiapkan 2 pejati untuj di Pura Beji (melukat) dan di pura inti.
Berikut adalah urutan persembahyangan di Pura Tap Sai:
Dimulai dari pelinggih paling bawah yaitu palinggih Ratu Penyarikan Pengadang-adang, kemudian berlanjut ke palinggih Ratu Gede Mekele Lingsir, palinggih ini berupa sebuah batu besar dengan tulisan aksara (huruf) Bali kuno. Dilanjutkan lagi ke palinggih berikutnya yaitu palinggih Widyadara-widyadari. Berlanjut ke palinggih Pengayengan Ratu Dalem Ped, persembahyangan berlanjut lagi ke Pura Beji dan melukat dengan tirta yang dikenal dengan Tirta Bang.
Di kawasan Pura Pajinengan Gunung Tap Sai ada tiga buah sumber tirta yaitu Tirta Bang, Tirta Putih dan Tirta Selem, Tirta Bang bisa ditemukan di pura Beji, sedangkan jika anda ingin nunas Tirta Putih, karena belum dialirkan ke bawah sehingga anda harus mendaki, tetapi Tirta Selem bisa ditemukan di utama mandala pura. Setelah rangkaian persembahyangan dan melukat di beji, barulah anda sampai di kawasan madya mandala pura, di areal ini ada sebuah palinggih Ganesha yang dipercaya sebagai stana Sang Hyang Ganapati dan terdapat sebuah pohon besar yang disakralkan.
Setelah madya utama, barulah memasuki areal utama mandala, yang mana di areal ini terdapat palinggih Tri Upa Sadana yang dipercaya sebagai sthana Dewi Sri, Dewi Saraswati dan Dewi Laksmi, di areal ini juga terdapat pelinggih Lingga Yoni sebagai tempat memohon keturunan atau anak, pemedek biasanya menghaturkan 11 batang dupa di tempat ini sembari memohon apa yang diinginkan dan selanjutnya dilanjutkan persembahyangan di pelinggih Ratu Hyang Bungkut.
Jadi persembahyangan di Pura Pajinengan Gunung Tap Sai, harus melewati urutan tersebut di atas, tidak boleh langsung masuk ke areal utama atau kawasan utama mandala, sarana persembahyangan (banten) tidak diperkenankan menggunakan sarana daging babi. Umat yang bersembahyang (pemedek) harus mengikuti aturan persembahyangan agar tidak terjadi hal-hal negatif.
Jika hendak nangkil ke Pura Tap Sai bisa menghubungi Jro Mangku Kariasa (0818-0549-1542). Beliau biasanya selalu ada di Pura.
Visit Our Sponsor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar