Hari Soma Pon Sinta, disebut hari raya Soma Ribek. Menurut Sundari Gama (Sinar Agama) pada hari ini Sanghyang Tri Murti Mrtha beryoga, dengan pulu / lumbung (tempat beras dan tempat padi) selaku tempatnya.
Secara tradisional, hari Soma Ribek dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas karunia pangan yang melimpah, terutama padi. Para petani Bali biasanya akan menghentikan aktivitas bertani selama sehari. Mereka berkonsentrasi menyiapkan segala prosesi ritual menghormati dan memuliakan Sang Hyang Sri Amertha, Tuhan dalam manifestasi sebagai pemberi anugerah kemakmuran, terutama karunia pangan bagi manusia.
Yang menarik, saat hari Soma Ribek, tradisi Bali mengajarkan manusia Bali berpantang menumbuk padi, menjual padi dan beras. Secara tradisi, konon, jika pantangan ini dilanggar bisa kena kutuk Batari Sri, bisa mengalami gangguan dalam masalah pangan.
Dosen Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, I Made Wiradnyana menyatakan berbagai pantangan yang menyertai sebuah hari raya di Bali bertujuan untuk memberikan orang Bali kesempatan memfokuskan diri pada aktivitas spiritual guna mencapai makna hari raya itu.
Mengenai kutukan Batari Sri apabila manusia melanggar pantangan, menurut Wiradnyana, merupakan wujud kontrol diri manusia Bali agar senantiasa ingat merawat sumber-sumber kemakmuran dalam hidup. Pangan, kata Wiradnyana, merupakan sumber terpenting dalam kehidupan. Ketika manusia tidak lagi hirau dengan keberadaan sawah dan sektor pertanian, tentu saja ketahanan pangan suatu masyarakat akan terganggu. Itulah makna kutukan Batari Sri.
Sumber : babadbali.com, kompasiana.com
Visit Our Sponsor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar