Dalam Agama Hindu dipercaya terdapat 33 Dewa, hal tersebut dijelaskan dalam Reg. Weda. Yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya ke 33 dewa tersebut dibedakan menurut tempat dan tugasnya masing-masing seperti tertuang dalam Rg. Weda.I. 139.11 yang berbunyi:
Wahai para dewa (33 dewa): 11 di sorga, 11 di bumi, 11 berada di langit, semoga engkau bersuka cita dengan persembahan suci ini.
Dalam Satapatha Brahmana, XIV.5) disebutkan:
Sesungguhnya Ia mengatakan: adalah kekuatan yang agung dan dasyat sebanyak 33 dewa. Siapakah dewata itu? Mereka adalah delapan wasu, 11 Rudra, 12 aditya. Jumlah seluruhnya 31, (kemudian ditambah) Indra dan Prajaapati, seluruhnya menjadi 33 dewata.
Delapan Vasu tersebut adalah:
- Anala: (agni; dewa api)
- Dhavaa (dewa bumi)
- Anila atau Vayu (dewa angin)
- Prabhasa atau dyaus (dewa langit)
- Pratyusa atau surya (dewa matahari)
- Aha atau savitr (dewa antariksa)
- Candraa atau somma (dewa bulan)
- Druva atau Druha (dewa konstelasi planet)
Adapun kesebelas dewa lainnya, Rudra (ekadasarudra) diyakini sebagai dewa Siwa dalam bentuk murti atau marah (kodra) yang menguasai 11 penjuru dialam raya. Meski jumlah dewa itu banyak namun tugas utama tetap dipengang oleh trimurti yang sebelumnya mengalami perubahan istilah yaitu:
- Dewa Agni diganti dan disamakan dengan dewa Brahma yang berfungsi sebagai pencipta.
- Dewa Indra dan Bayu diganti dan disamakan dengan Dewa Wisnu. Di dalam Veda, Wisnu adalah nama lain dari dewa Surya. Wisnu sebagai dewa pemelihara.
- Dewa surya diganti dan disamakan dengan dewa siwa, berfungsi sebagai dewa pelebur, melebur kembali segala sesuatu yang tidak berfungsional lagi.
Pengertian Dewa Dalam Hindu
Dewa (Deva) berasal dari “Div” yang artinya sinar/bersinar. Dapat diartikan bahwa Dewa merupakan sinar dari Tuhan. Lantas apakah Dewa dapat disamakan dengan Tuhan? Tentu saja tidak, karena Tuhan ialah Maha Esa, yang hanya satu dan satu-satunya. Kepada Beliaulah kita menunjukan sujud bakti kita.
Tuhan dan Dewa dapat dianalogikan seperti Matahari dan Sinarnya. Matahari hanya ada satu tapi dia memberikan banyak sinar dengan fungsi yang berbeda-beda. Seperti itulah Tuhan yang menciptakan banyak sinar (Para Dewa) yang memiliki fungsi berbeda-beda atau yang mempunyai tugas berbeda-beda.
Itulah mengapa dikatakan para Dewa adalah manifestasi dari Tuhan dan bukanlah Tuhan, dalam artian para Dewa tidak setingkat dengan Tuhan. Dalam kitab-kitab Weda dijelaskan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak bebas tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak Tuhan.
Antara Memuja Tuhan dan Dewa
Didalam Agama Hindu yang dipuja ialah Tuhan Yang Maha Esa. Lantas apakah ketika memuja para Dewa dikatakan salah? tidak dapat dikatakan demikian. Karena memuja Para Dewa lebih mengarah kepada wujud terima kasih kita karena para Dewa telah menjaga keseimbangan alam dan mengatur kehidupan sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Didalam Kitab Suci Bhagavad Gita telah dijelaskan bahwa Dewa merupakan perantara Tuhan. Yang mana dapat diartikan melalui para Dewa kita memuja Tuhan. Tapi apakah disini dapat dikatakan menyekutukan Tuhan? Itu mungkin kalimat yang sering menjadi pertanyaan bagi kita umat Hindu maupun non Hindu.
Sesungguhnya dalam Hindu, Tuhan juga disebut sebagai Acintya yang memiliki arti ‘Dia yang tak terpikirkan,’ ‘Dia yang tak dapat dipahami,’ atau ‘Dia yang tak dapat dibayangkan.’ Dan bagaimana mungkin kita yang hanya manusia biasa, yang memiliki pemikiran terbatas dapat menjangkau Tuhan.
Ibarat pergi kesebuah tempat yang asing nan jauh kita memerlukan peta (petunjuk arah) untuk sampai pada tujuan. Seperti itulah makna “Dewa merupakan Perantara Tuhan”. Untuk sampai pada Tuhan yang tak terpikirkan, yang tak terbayangkan. Tuhan menciptakan sinarnya (para Dewa) untuk dapat mengantarkan kita kepada akhir tujuan yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Seperti yang telah tertuang dalam Kitab Suci Weda,
Moksartham Jagadhita ya ca iti Dharma
Artinya: bahwa agama (dharma) bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau kebahagiaan secara lahir dan bathin (Moksa)
Begitu pula dalam Bhagavad Gita telah dijelaskan
Brahmabhūtah prasannātmā, na sochati na kānkshati, samah sarveshu bhūteshu, madbhaktim labhate param (Bhagawadgita, XVIII.54).
Artinya : Setelah menjadi satu dengan Brahman jiwanya tentram, tiada duka tiada nafsu-birahi, memandang semua mahluk-insani sama, ia mencapai pengabdian kepada-Ku yang tertinggi.
Telah dijelaskan bahwa moksa ialah tujuan akhir manusia bukanlah surga, karena surga hanyalah persinggahan sementara untuk menerima pahala dari segala perbuatan baik kita semasa hidup.
Jadi memuja Dewa tidaklah menyekutukan Tuhan akan tetapi ada yang harus diingat bahwa didalam Bhagavad Gita dikatakan :
Orang orang yang menyembah dewa dewa dengan penuh keyakinan sesungguhnya hanya menyembahku, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang keliru , hai putra Kunti (Bagavad gita 9,23)
Dari sloka diatas kita harus ingat bahwa memuja Dewa ialah bentuk terima kasih kita atas segala rahmat dan anugerah yang diberikan para Dewa dan tentunya semua atas ijin dan kehendak Tuhan. Dan juga memuja Dewa sebagai bentuk permohonan kita agar senantiasa menjaga dan mengarahkan kita agar selalu dalam jalan-Nya hingga nanti sampai pada-Nya.
Visit Our Sponsor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar