Minggu, 08 Maret 2020

MITOLOGI BHUTA KALA DALAM HINDU-BALI

bhuta kala

Dalam agama Hindu khususnya di Bali ada sebuah Mitologi tentang Bhutakala atau juga disebut Bhuta Kala / Buta Kala. Menurut Lontar Purwa Bhumi Kemulan dan Lontar Siwa Gama, Bhuta Kala berasal dari kata  Bhuta, artinya sesuatu yang sudah ada dan Kala, artinya kekuatan atau energi. Ada pula yang menyebutkan kata Bhuta berasal dari suku “BHU” yang berarti menjadi, ada, gelap, berbentuk, mahluk. Kemudian kata “BHU” berkembang menjadi “BHUTA” yang artinya adalah telah dijadikan ataupun diwujudkan. Sedangkan untuk kata “KALA”, berarti energi, waktu. Sehingga kata BHUTA KALA artinya adalah energy yang timbul dan mengakibatkan kegelapan.
Keberadaan Bhutakala awalnya karena Bhatara Siwa ingin mencipta alam semesta. Dalam hal ini Bhatara Siwa mempunyai lima putra (manifestasi), yang disebut Panca Korsika. Awalnya Bhatara Siwa mengutus keempat putra-Nya yaitu: Sang Korsika, Sang Garga, Sang Maitridan Sang Kurusya, namun mereka gagal menjalankan tugas. Karena gagal, keempat putra Bhatara Siwa itu dikutuk menjadi Bhutakala.
Kemudian Bhatara Siwa meminta putra-Nya yang kelima bernama Sang Pretanjalauntuk mengambil alih tugas saudara-saudara-Nya itu. Sang Pretanjala mohon agar Ia dibantu oleh Ibu-Nya: Dewi Uma. Permintaan ini dikabulkan oleh Bhatara Siwa. Maka Dewi Uma dan Sang Pretanjala berhasil menciptakan Bhuwana Agung: pertiwi, apah, bayu, teja, akasa, yang disebut Panca Mahabhuta, dan mahluk-mahluk halus.
Mahluk-mahluk halus ini ada tiga jenis, yakni yang baik misalnya:  widyadara-widyadari, gandarwa, dan kinara. Yang tidak baik misalnya: raksasa, denawa, pisaca, daitya. Yang ketiga adalah mahluk halus yang derajatnya rendah misalnya: tonya, memedi, bregala-bregali.
Dewi Uma kemudian menjelma menjadi Bhatari Durgha dan memecah diri-Nya menjadi lima yakni:
  1. Sri-Durgha, berkedudukan di timur. Ia menciptakan: Kalika-Kaliki, Yaksa-Yaksi, Bhuta Dengen.
  2. Dhari-Durgha, berkedudukan di selatan. Ia menciptakan: Bhuta Kapragan.
  3. Suksmi-Durgha, berkedudukan di barat. Ia menciptakan: Kamala-Kamali, Kala Sweta.
  4. Raji-Durgha, berkedududkan di utara. Ia menciptakan: Bregala-Bregali, Bebai.
  5. Durgha, berkedudukan di tengah-tengah. Ia menciptakan: Bhuta Janggitan di timur, Bhuta Langkir di selatan, Bhuta Lembu Kania di barat, Bhuta Taruna di utara, Bhuta Tiga Sakti di tengah-tengah, Bhuta Lambukan di tenggara, Bhuta Hulu-Kuda dan Bhuta Jingga di barat daya, Bhuta Ijo di barat laut, dan Bhuta ireng di timur laut.
Melihat Dewi Uma menjadi Bhatari Durgha, maka Sang Pretanjala ikut berubah menjadiMahakala. Ia berkedudukan di tengah-tengah bersama Ibu-Nya dan ciptaan awal mereka: Panca Mahabhuta. Ia mengajak keempat saudara-Nya yang sudah di kutuk menjadi Bhutakala dan memberikan kedudukan kepada mereka masing-masing sebagai berikut: Korsika di timur, Garga di selatan, Maitri di barat, dan Kurusya di utara.
Dalam Lontar Sri Jayakasunu  Bhatara Siwa juga menciptakan bhutakala untuk menguji manusia ketika menghadapi hari raya Galungan, yang mana dalam lontar tersebut  dijelaskan bahwa para Bhutaka menguji manusia pada hari Redite, Paing, Dungulan, diturunkan Bhuta Amangkurat. Pada Soma, Pon, Dungulan, Bhuta Dungulan, dan pada Anggara Wage, Dungulan, Bhuta Galungan.
Misalnya saja pada hari itu kita bisa pembawaannya emosi, atau ada yang ingin tertarik untuk meceki, metajen dan segala hal yang tidak baik menurut agama. Bisa dikatakan itu adalah hasutan dari para Bhutakala untuk menguji kita, menguji iman kita, menguji keteguhan kita agar keluar dari jalur ajaran agama. Maka dari itu hendaknya kita haru bisa untuk dapat mengingatkan dan mengendalikan diri agar tidak terhasut oleh para Bhuta.
sumber:sitidharma.org

Visit Our Sponsor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar