Rabu, 18 Maret 2020

MAKNA HARI PURNAMA DAN TILEM DALAM HINDU

purnama tilem

Dalam agama Hindu khususnya di Bali memiliki hari raya yang didasarkan pada sasih/ bulan yaitu Purnama dan Tilem. Hari Raya Purnama dan Tilem merupakan bagian dari Naimitika Yadnya (ritual yang dilakukan pada waktu tertentu)

Makna Purnama

Kata Purnama berasal dari kata “purna” yang artinya sempurna. Purnama dalam kamus umum Bahasa Indonesia berarti bulan yang bundar atau sempurna (tanggal 14 dan 15 kamariah). Pemujaan dimaksudkan saat purnama ini ditujukan kehadapan Sanghyang Candra, dan Sanghyang Ketu sebagai dewa kecemerlangan untuk memohon kesempurnaan dan cahaya suci dari Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam berbagai wujud Ista Dewata. Biasanya pada hari suci purnama ini disebutkan umat Hindu menghaturkan Daksina dan Canang Sari pada setiap pelinggih dan pelangkiranyg ada di setiap rumah.
Pada umumnya di kalangan umat Hindu, sangat meyakini mengenai rasa kesucian yang tinggi pada hari Purnama, sehingga hari itu disebutkan dengan kata ”Devasa Ayu”. Oleh karena itu, setiap datangnya hari-hari suci yang bertepatan dengan hari Purnama maka pelaksanaan upacaranya disebut, ”Nadi”. Tetapi sesungguhnya tidak setiap hari Purnama disebut ayu tergantung juga dari Patemon dina dalam perhitungan wariga.
Contoh :
• Hari Kajeng Keliwon, jatuh pada hari Sabtu, nemu (bertemu) Purnama, disebut hari itu, ”Hari Berek Tawukan”. Dilarang oleh sastra agama melaksanakan upacara apapun, dan Sang Wiku tidak boleh melaksanakan pujanya pada hari itu (Lontar Purwana Tatwa Wariga).
• Bila Purnama jatuh pada hari Kala Paksa, tidak boleh melaksanakan upacara agama karena hari itu disebut, ”Hari gamia” (jagat letuh). Sang Wiku tidak boleh memuja.
Beberapa piodalan pada saat purnama :
  • Pura Merajan Penataran Agung di Sidemen Karangasem,  Piodalan Purnama Jiyestha
  • Pura Penambangan Badung di Denpasar, Piodalan Purnama Kedasa
  • Pura Bukit Mentik, Gunung Lebah Batur Kintamani, Piodalan Purnama Ketiga
  • Pura Tirta Empul di Tampak Siring, Piodalan Purnama Kapat
  • Ida Ratu Pasek di Besakih, Piodalan Purnama Kawulu

Makna Tilem

Hari Raya Tilem dirayakan ketika bulan mati, ketika langit gelap tanpa ada sinar bulan.  Ditinjau dari pengetahuan Astronomi Bahwa pada bulan tilem itu posisi bulan berada diantara Matahari dengan Bumi sehingga suasana menjadi gelap gulita dimalam hari.
Upacara Tilem bermakna sebagai upacara pemujaan terhadap Dewa Surya, diharapkan semua umat Hindu melakukan pemujaan dan bersembahyangan dengan rangkaian berupa upacara yadnya. Umat Hindu meyakini pada saat hari Tilem ini mempunyai keutamaan dalam menyucikan diri dan berfungsi sebagai pelebur segala kotoran/mala yang terdapat  dalam diri manusia, juga karena  bertepatan dengan Dewa Surya beyoga/semedhi memohonkan keselamatan kepada Hyang Widhi.
Beberapa piodalan, upacara yadnya dan banyak hari raya juga berkaitan dengan tilem ini seperti yang disebutkan :
  • Tawur Kesanga dirayakan tepat pada tilem kesanga.
  • Siwa Ratri, dirayakan setahun sekali setiap purwani Tilem ke-7 (bulan ke-7) tahun Caka.
  • Eka Dasa Rudra, dirayakan pada Tilem Kasanga setiap 100 tahun sekali.
  • Upacara Panca Wali Krama ini dirayakan di Pura Besakih setiap 10 tahun sekali yaitu pada tahun saka yang berakhiran dengan angka “0”, panglong ping 15 (tilem) sasih kasanga.
  • dll
Rahina Tilem mempunyai hubungan yang erat dan tidak terpisahkan dengan Rahina Purnama, dalam lontar Purwa Gama disebutkan saat datang purnama dan Tilem hendak lah manusia melaksanakan sembahyang dan upacara pemujaan terhadap Sang Hyang Widhi untuk memohon penyucian diri, berkah dan juga kesejahteraan.
Melalui siklus Purnama dan Tilem ini sesungguhnya alam mengajarkan kepada manusia tentang adanya yang jahat dan yang baik, yang gelap dan yang terang. Keduanya berputar mengelilingi kehidupan manusia secara berkala dan tak akan pernah berhenti dunia ini berakhir. Purnama dan Tilem ini juga mengajarkan kepada manusia bahwa ketika dalam keadaan senang maka janganlah terlarut dalam kesenangan yang melenakan itu, begitu pula ketika manusia sedang berada dalam keadaan terpuruk maka harus segera bangkit karena didepan cahaya akan menyambut.
sumber:bali.panduwisata.id, Aku Orang Bali,sejarahharirayahindu.blogspot.com
Visit Our Sponsor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar