Rabu, 27 Maret 2019

IDA AYU NYOMAN RAI ASAL KOTA SINGARAJA KABUPATEN BULELENG BALI,INDONESIA

Hasil gambar untuk IDA AYU NYOMAN RAI


Sekilas tentang beliau ;

Ida Ayu Nyoman Rai (lahir 1881 - meninggal 12 September 1958) adalah ibu dari Soekarno, Presiden Indonesia pertama. Ida Ayu Nyoman Rai lahir sekitar tahun 1881 sebagai anak kedua dari pasangan Nyoman Pasek dan Ni Made Liran. Sewaktu kecil orang tuanya memberi nama panggilan “Srimben”, yang mengandung arti limpahan rezeki yang membawa kebahagiaan dari Bhatari Sri. Semasa remaja di Banjar Bale Agung, Nyoman Rai Srimben bersahabat dengan Made Lastri yang kemudian mengenalkannya dengan seorang guru Jawa pendatang bernama R. Soekeni. Mereka resmi menikah pada tanggal 15 Juni 1887. Putri pertamanya, Raden Soekarmini (kelak dikenal sebagai Bu Wardoyo) lahir pada tanggal 29 Maret 1898. Mereka kemudian berpindah ke Surabaya.

Visit Our Sponsor
- Jual Hotwheels Langka Murah
- Chocolate Gift & Cake Ulang Tahun Bali
- Jasa Desain Grafis Murah
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar
Menjual Kaos, Jaket & aksesoris anime, game band dll



Kelahiran Soekarno
Di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901 Nyoman Rai Srimben melahirkan Soekarno di sebuah rumah di sekitar Makam Belanda kampong Pandean III Surabaya. Nyoman Rai Srimben mendidik kedua anaknya dengan bekal spiritual Hindu seperti yang pernah dipelajarinya. Enam bulan kemudian Nyoman Rai Srimben harus mengikuti suaminya untuk pindah ke kota kecil di kecamatan Ploso (Jombang) di mana kedua anaknya sering sakit-sakitan. Karena faktor kesehatan pula, Nyoman Rai Srimben sempat berpisah dengan Soekarno untuk dirawat dan diasuh oleh mertuanya di Tulung Agung. Soekarno ia asuh kembali ketika ia harus mengikuti suaminya pindah ke Mojokerto. Di Mojokerto pula putri sulungnya menikah dan kemudian tinggal bersama suaminya.

Persoalan muncul ketika Srimben dihadapkan pada kepindahan suaminya ke Blitar sekaligus menghadapi kenyataan Soekarno untuk sekolah di Surabaya. Akhirnya ia mengikuti kepindahan suaminya ke Blitar dan Soekarno dititipkan di rumah HOS Cokroaminoto untuk meneruskan sekolah di Surabaya. Di Blitar, Nyoman Rai Srimben tinggal di asrama sekolah yang sekarang menjadi Sekolah Menengah Umum I Blitar dan dipercaya untuk mengelola asrama sekaligus mengurus makan para pelajar yang tinggal di asrama tersebut.

Permasalahan lain yang menjadi suka duka adalah berita tentang ditahannya Soekarno di Penjara Sukamiskin Bandung. Nyoman Rai Srimben menuju Bandung dan mendatangi Penjara Sukamiskin dan karena ia buta politik dirinya langsung bertanya kepada petugas rumah tahanan. Bukan jawaban yang diperolehnya melainkan bentakan dan diusir untuk pergi dari rumah tahanan tersebut. Sejak saat itu dendam Nyoman Rai Srimben tidak terbendung, di manapun berada jika melihat orang Belanda ia memperlihatkan ketidaksukaannya. Di saat yang sama rumahnya di Blitar diawasi karena putranya melawan penjajahan Belanda. Nyoman Rai Srimben menceritakan kejadian yang dialaminya di rumah tahanan sehingga akhirnya R. Soekeni memutuskan untuk pensiun dini sebagai guru dari Kementerian Pendidikan Belanda di Batavia.

Memasuki masa pensiun Nyoman Rai Srimben terus mendampingi suaminya di Blitar sambil tetap menunggu surat, berita Koran atau berita burung yang dibawa saudara atau kenalannya tentang putranya Soekarno baik di dalam maupun di luar tahanan. Kehidupan di Blitar kembali bergemuruh ketika Nyoman Rai Srimben mendengar bahwa putranya bercerai dari Inggit dan kemudian menikah dengan Fatmawati, semua beritanya diterima dengan tabah. Hasil pernikahan Soekarno dengan Fatmawati memberikan seorang cucu yang sangat diharapkan oleh Nyoman Rai Srimben dan R. Soekeni. Nyoman Rai Srimben dan R. Soekeni menyaksikan kelahiran cucunya di Jakarta.

- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI

Kebahagiaan Nyoman Rai Srimben tidaklah lama karena pada saat berjalan-jalan di Jakarta R. Soekeni terjatuh dan sakit keras hingga akhirnya meninggal pada tanggal 8 Mei 1945. Kemudian Nyoman Rai Srimben kembali ke Blitar. Di hari tuanya ketika Soekarno telah menjadi “orang pertama” di Republik Indonesia, Nyoman Rai Srimben tidak pernah mau menginjakkan kakinya di Istana Negara. Nyoman Rai Srimben menjadi pelopor perkawinan campur antar suku, sehingga mungkin memberikan inspirasi kepada Soekarno untuk menyatukan Nusantara menjadi Republik Indonesia.

Kontroversi tentang kasta yang di miliki nyoman rai srimben dengan orang tuanya kenapa berbeda ??
Ini penjelasannya ;
Ada satu pernyataan menarik mengemuka saat Diskusi Kebangsaan Bulan Bung Karno 2011 yang berlangsung di Kantor Bupati Bangli, yakni kajian tentang kontroversi pemberian gelar Ida Ayu pada ibunda Bung Karno, Nyoman Rai Srimben. Sejarah mencatat saat Bung Karno menjadi Presiden Pertama RI, disatu kesempatan Bung Karno memberi gelar ”Ida Ayu atau Dayu” kepada ibunda tercintanya, dan sejak itulah rakyat Indonesia mengenal Ida Ayu Nyoman Rai Srimben sebagai nama resmi ibunda Bung Karno. Namun tak banyak yang tahu jika pemberian gelar Ida Ayu itu didasari pada kekurangsukaan Bung Karno dengan sistem feodalisme dan tingkatan kasta yang merajalela di Bali pada zaman itu. Demikian ungkap Dr.Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III (President The Sukarno Center) sebagai narasumber. ”Dr.Ir.Sukarno adalah sangat menjunjung tinggi nilai – nilai demokrasi, dan saat itu ia mendapatkan perlakuan yang tidak adil terhadap keberadaan dan status Ibundanya yang berasal dari keturunan Pasek Bale Agung Singaraja. Saat itu, banyak pandangan masyarakat yang menyatakan bahwa keturunan Pasek dianggap sebagai Sudra. Padahal itu salah, dan Bung Karno sendiri mengakui jika leluhurnya adalah keturunan Brahmana atau pendeta. Jadi ini pembelaan terselubung Bung Karno terhadap rakyat Bali yang pada awal kemerdekaan menghadapi jurang lebar antara gologan Tri Wangsa dengan golongan biasa.”ungkap Dr.Wedakarna. Ia menambahkan, disetiap literatur tentang Nyoman Rai Srimben saat ini, pasti disebutkan bahwa keturunan Bale Agung Singaraja adalah keturunan Brahmana. ”Dari kajian The Sukarno Center, Bung Karno memberikan dua pelajaran penting bagi rakyat Bali terkait dengan gelar Ida Ayu untuk ibundanya, yakni bahwa rakyat Bali harus menyadari bahwa dikotomi prokasta dan anti kasta saat itu dapat menjadi pemisah persatuan rakyat Bali dan dengan pemberian gelar Ida Ayu itu adalah bukti pengakuan seorang Presiden RI terhadap kesetaraan. Dan kebenaran sejarah tentu harus ditegakkan.”ungkap Rektor Univ.Mahendradatta tersebut. Kini The Sukarno Center mempunyai peran untuk meluruskan sejarah yang berkaitan dengan Bung Karno termasuk keberadaan Rai Srimben. ”Saat Bung Karno memberi gelar Ida Ayu pada Nyoman Rai Srimben, saat itu publik di Bali terhentak kaget, namun saat itu tidak ada yang berani melawan Bung Karno. Dan dari segi kajian akademis, pemberian gelar Ida Ayu pada sosok Nyoman Rai Srimben adalah hal yang wajar, terutama jika melihat visi Bung Karno yang kurang setuju dengan merajalelanya sistem kasta di Indonesia. Bung Karno adalah seorang pejuang demokrasi, tapi ia memakai cara yang halus dan bijak untuk mendidik rakyat Indonesia. Sebagai anak muda, saya bangga dengan keberanian Bung Karno mendobrak kultur negatif kasta di Bali. Selain itu wajar Bung Karno membela nama baik leluhurnya dari soroh Pasek yang secara jujur harus diakui sebagai keturunan Brahmana. Ingat, jangan sampai sejarah dimonopoli oleh salah satu kelompok. Ini pesan tersembunyi dari Bung Karno.”pungkas Abhiseka Raja Majapahit Bali ini.

- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI

Hasil gambar untuk IDA AYU NYOMAN RAI
Presiden Ir Soekarno dan Ibu Fatmawati
Sungkem ke pada IDA AYU NYOMAN RAI SRIMBEN 
" ibunda Ir soekarno "
Tahun 1946
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Ida_Ayu_Nyoman_Rai //

SEJARAH PERANG BANJAR KABUPATEN BULELENG BALI,INDONESIA 1868

Hasil gambar untuk SEJARAH PERANG BANJAR KABUPATEN BULELENG

Kemenangan Laskar Rakyat Banjar yang tak pernah di kenang.

SABAN 20 September, orang Bali umumnya lebih ingat dengan peristiwa Puputan Badung. Masih jarang yang tahu, 20 September juga menjadi hari bersejarah bagi rakyat Bali karena harga dirinya sebagai pejuang handal kembali terangkat. 20 September 147 tahun silam, laskar rakyat Banjar di Buleleng berhasil mengalahkan serangan ekspedisi militer Belanda. Meski sebulan kemudian perlawanan laskar Banjar itu berhasil ditaklukkan, kemenangan di Banjar itu pantas untuk senantiasa dikenang. Seperti apa peristiwa Perang Banjar itu? 

Visit Our Sponsor
- Jual Hotwheels Langka Murah
- Chocolate Gift & Cake Ulang Tahun Bali
- Jasa Desain Grafis Murah
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar
Menjual Kaos, Jaket & aksesoris anime, game band dll
------------------------------------------------------------ 
PADA tahun 1860, Belanda sudah menancapkan kekuasaannya di Buleleng. Belanda mengangkat Gusti Ngurah Ketut Jelantik sebagai regent dan diberi gelar raja di Buleleng dengan melaksanakan perintah Asisten Residen Buleleng. 
Di daerah Banjar, yang ditunjuk memangku jabatan punggawa yakni seorang Brahmana yang masih muda usianya, Ida Made Rai. Karena suatu sebab, Ida Made Rai diberhentikan dari jabatannya sebagai punggawa. Untuk sementara waktu dia diasingkan ke Banyuwangi. 
Penguasa Belanda menunjuk Ida Ketut Anom, seorang Brahmana dari luar Banjar sebagai punggawa di Banjar menggantikan Ida Made Rai. Keputusan ini mendapat tantangan keras dari penduduk Banjar dan desa-desa sekitarnya. Mereka menganggap penunjukan seorang punggawa dari luar daerah Banjar bertentangan dengan tradisi dan adat yang berlaku sejak dulu. 
Usai menjalani masa pembuangannya, Ida Made Rai kembali ke Banjar. Sadar golongan Brahmana di Banjar serta pemuka-pemuka rakyat di desa-desa sekitarnya tidak menerima kepemimpinan Ida Ketut Anom, Ida Made Rai pun menyatakan penentangan terhadap pemerintah Belanda. Sikap Ida Made Rai mendapat dukungan dari pemuka-pemuka rakyat Banjar dan desa-desa sekitarnya. Gerakan Ida Made Rai pun tumbuh menjadi gerakan rakyat Banjar dan desa-desa sekitarnya. 
Pada bulan April 1868, pemuka-pemuka rakyat Banjar bersama Ida Made Rai disertai ratusan rakyat menghadap Regent/Raja Buleleng, Gusti Ngurah Ketut jelantik di Singaraja. Kedatangan rakyat itu menuntu agar Ida Made Rai segera diangkat menjadi punggawa Banjar. Seperti ditulis Ide Anak Agung Gde Agung dalam buku Bali Pada Abad XIX, karena didesak Asisten Residen Eibergen yang berkuasa di Buleleng, Raja menolak permohonan itu. Rakyat Banjar pun tidak menghiraukan lagi perintah Raja dan secara terang-terangan membangkang. Misalnya, perintah untuk memperbaiki jalan tidak mereka hiraukan. 
Dalam perkembangan selanjutnya, pembangkangan yang dilakukan Ida Made Rai semakin menjadi-jadi. Hal ini memunculkan kekhawatiran Belanda akan mengganggu keamanan dan ketenteraman Buleleng. Karena itu diputuskan untuk mengirimkan ekspedisi militer keempat di bawah pimpinan Mayor W.E.F. van Heemskerk. 
Menurut Ida Anak Agung Gde Agung dalam buku Bali Pada Abad XIX, pasukan ekspedisi Belanda ini dibantu dengan satu divisi pasukan marinis, sehingga jumlah pasukan yang tergabung untuk menyerang Banjar sebanyak 800 orang. Sementara Regent/Raja Buleleng, Gusti Ngurah Ketut Jelantik menyediakan tenaga kuli pengangkut perbekalan dan persenjataan pasukan Belanda. 
Ida Made Rai sempat hendak berdamai dengan Belanda. Menurut Ida Anak Agung Gde Agung, pada 19 September muncul ratusan rakyat Banjar di bawah pimpinan pemuka rakyat Kalianget, I Kamasan membawa barang-barang makanan dari Ida Made Rai dan rakyat Banjar yang dihadiahkan kepada pasukan Belanda. Mereka menyampaikan kepada Mayor van Heemskerk dan Residen bahwa Ida Made Rai bersedia menyerahkan diri akan tetapi dengan syarat dia harus diangkat menjadi Punggawa Banjar. Tawaran ini tidak diterima oleh Residen dan malah I Kamasan ditahan berdasarkan alasan bahwa dia sudah dihukum penjara 12 tahun oleh Pengadilan Majelis Kerta dan kemudian dibawa ke salah satu kapal perang menunggu penyelesaian perkaranya. Setelah peristiwa itu, Residen mengirim ultimatum kepada Ida Made Rai untuk menyerah esok harinya. Jika tidak, Banjar akan diserang. 

- Jual Cake Ulang Tahun Bali

- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI

Ultimatum Belanda tidak membuat gentar Ida Made Rai. Tanggal 20 September 1868 pecahlah pertempuran antara pasukan Belanda dengan laskar Banjar dipimpin Ida Made Rai. Pertempuran di daerah Dencarik menyebabkan Letnan Stegmen dan 14 orang serdadu Belanda gugur. Sementara para tenaga pengangkut Belanda lari tunggang-langgang. Apalagi banyak di antara tenaga pengangkut itu tertembak secara tidak sengaja oleh pasukan Belanda karena mereka tidak bisa membedakan mana tenaga pengangkut yang disediakan Raja Buleleng, mana laskar banjar. 
Pasukan Belanda pun memilih mundur menuju pangkalannya di Temukus. Serangan pertama Belanda terhadap Banjar gagal. Mayor van Heemskerk bermaksud mengadakan serangan kedua terhadap Banjar keesokan harinya. Akan tetapi, tenaga pengangkut yang dijanjikan Raja Buleleng tidak muncul. Orang-orang Bali tidak bersedia lagi sebagai tenaga pengangkut karena takut menghadapi ganasnya perlawanan laskar Banjar.
Pada tanggal 3 Oktober 1868 kembali dilancarkan serangan kedua kalinya. Dalam serangan kali ini, pasukan Belanda mendapat bantuan 1500 pasukan tambahan dari Raja Buleleng serta 800 orang pasukan tambahan dari Pembekel Pengastulan, Wayan Tragi. Meski begitu, serangan ini pun berhasil dipatahkan oleh laskar Banjar yang bertempur dengan semangat bergelora dan bersenjatakan tombak terhunus. 
Belanda kembali menyerang Banjar pada 24 Oktober 1868. Kali ini, kekalahan berada di pihak Ida Made Rai. Pertahanannya hancur. Banyak pasukan dan orang-orang dekatnya meninggal dalam pertempuran. Sejumlah desa yang sebelumnya mendukung perjuangan Ida Made Rai pun menyerah kepada Belanda. 
Ida Made Rai dan pendukungnya kemudian mengungsi ke Mengwi. Belanda pun menggunakan siasat lain untuk menangkap Ida Made Rai. Ibunda Ida Made Rai diajak menuju tempat persembunyian Ida Made Rai di Desa Denkayu dengan perjanjian tidak akan menjatuhi Ida Made Rai hukuman mati atau menembaknya. Ida Made Rai akhirnya menyerah setelah dinasihati ibunya. Ida Made Rai bersama Ida Made Tamu dan Ida Made Sapan kemudian dibuang ke Priangan, Bandung. Sementara pemimpin-pemimpin lainnya seperti I Dade dan I Kamasan dihukum penjara.
Kendati begitu, dua kali kemenangan laskar Banjar yang hanya bersenjatakan tombak cukup menampar muka Belanda. Kemenangan itu juga kembali mengangkat harga diri orang Bali setelah dua kali kemenangan yang diraih sebelumnya dalam Perang Jagaraga (1848) dan Perang Kusamba (1849)

Sumber : www.balisaja.com/

BABAD PURA SAKENAN. DESA ADAT SERANGAN DENPASAR SELATAN BALI,INDONESIA.

Hasil gambar untuk ABAD PURA SAKENAN

Pura SakenanPura > Pura Kahyangan Jagad > Pura Sakenan Tempat Memohon Keselamatan Umat Manusia di Dunia Upacara pujawali di Pura Sakenan dilaksanakan setiap enam bulan sekali setiap Sabtu Kliwon, Wuku Kuningan yang disebut juga Tumpek Kuningan. Pujawali yang sudah biasa dilaksanakan berupa meraramen, padudusan alit, dan padudusan agung. Besar-kecilnya pujawali sesuai dengan keputusan rapat (paruman). Seperti apakah sejarah Pura Sakenan itu? Dan, makna apa yang bisa dipetik dari pendirian Pura Sakenan itu? 

Visit Our Sponsor
- Jual Hotwheels Langka Murah
- Chocolate Gift & Cake Ulang Tahun Bali
- Jasa Desain Grafis Murah
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar
Menjual Kaos, Jaket & aksesoris anime, game band dll
- Cari Penghasilan Tambahan Dari Blog..KLIK DISINI

Berdasarkan Purana Pura Sakenan yang disusun oleh Tim Dinas Kebudayaan Bali, bahwa di Pura Sakenan ini dulu sebagai tempat krama subak mohon berkah Tuhan. Di mana, Pura Sakenan tempat mereka memohon kesejahteraan hidup. Memohon agar segala macam penyakit yang merusak tanaman di sawah atau ladang agar dilenyapkan. Disebutkan dalam purana itu bahwa Hyang Sakenan menjaga walang sangit dan Hyang Masceti menjaga tikus agar tidak merusak sawah dan ladang petani. Dan, ini harus diingat.

Bagaimana dengan sekarang? Sawah dan ladang petani di sekitar wilayah Sakenan tidak berfungsi lagi. Yang berkembang justru pariwisatanya. Yang menjadi sawah dan ladang penduduk di sana pariwisatanya dengan mengembangkan wisata bahari. Karena itu, para pelaku pariwisata diharapkan memohon kesejahteraan hidup di Pura Sakenan, agar objek-objek wisata seperti Sanur, Kuta, Nusa Dua, dan Denpasar bisa aman.

Jika pelaku wisata memohon kesejahteraan dengan tulus, niscaya tidak ada lagi kelompok teroris yang mengacaukan pariwisata Bali. Kelompok teroris itulah kini diibaratkan walang sangit dan tikus-tikus di sawah. Oleh karena itu, hanya memohon kepada-Nya niscaya ''tikus-tikus'' tidak mengganggu pariwisata Bali. Sudahkah hal itu dilakukan? Jawabannya pada umat.

Sejak zaman dulu Hyang Maharesi Markandya membangun serta menata keberadaan desa-desa dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Dengan permohonan kesejahteraan hidup itu, menyebabkan segala jenis tumbuhan yang ditanam, baik yang ditanam di tegalan maupun sawah semuanya tumbuh dengan subur. Itulah yang menyebabkan para pengikut beliau sangat taat dan sama-sama menciptakan kesejahteraan, semuanya bersatu dan hormat kepada Sang Dwijaswara. Oleh karena demikian asal-usulnya Sakenan itu, maka disebut juga Sad Kahyangan. Dibolehkan menggunakan candi bentar dan candi kurung. Adapun pakelem/padagingan candi kurung di puncak dan di dasarnya. Sarananya emas mirah dan selaka. Sementara sesuaran/tulisan pada pripihan-nya.

- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI

Saat beliau mengawali membangun Pura Sakenan, berdasarkan ketentuan patut diaturkan saji hyasan, segehan agung selengkapnya. Patut miasa 21 kali. Itulah yang patut diketahui bila membangun bangunan untuk Batara Sakenan. Bila dilanggar menyebabkan kacau seluruh negara (jagat). Oleh karena itu, tak boleh sembarangan membangun pelinggih. Sebab, orang-orang suci membangun tempat suci, bentuk bangunan, dan perlengkapannya berdasarkan hasil meditasi.

Ada juga disebutkan, Pura Sakenan termasuk salah satu Sad Kretiloka. Disebut sebagai simbol dari Sad Darsana. Disebut Sad Kretih yaitu Atma Kretih, Samudra Kretih, Wana Kretih, Jagat Kretih dan Jana Kretih.

Pura Sakenan sendiri disebut Samudra Kretih. Sakenan itu sebagai tempat pemujaan Ida Hyang Dewa Biswarna atau Baruna. Beliau benar-benar sebagai penjaga Segara Pakretih (ketenangan lautan/samudera) untuk keselamatan dunia, menghilangkan segala jenis rintangan di dunia, dan segala jenis penyakit dan menyucikan segala jenis kala, bhuta dan manusia, dan berbagai jenis penyakit. Demikianlah yang disebutkan di dalam sastra. Oleh karena itu, bagi umat Hindu janganlah melanggarnya.

Pura Sakenan adalah tempat yang sangat suci dan tempat memohon keselamatan seluruh dunia. Tempat pemujaan beliau didirikan di tepi laut selatan di wilayah Desa Serangan. Bangunan suci parahyangan itu dinamakan Parahyangan Dalem Sakenan (Pura Dalem Sakenan) sebagai tempat berstananya Hyang Sandhijaya. Mengapa dinamakan Dalem Sakenan? Karena memang titah dari Batara yang memberikan petunjuk pada saat beliau memilih pulau-pulau kecil di laut selatan. Di tempat itulah dibangun Pura Sakenan karena sebagai perintah melalui suara-suara gaib (sabda) Ida Batara.

Pura Dalem Sakenan merupakan stana Hyang Sandhijaya juga disebut Tatmajuja, selalu menjaga ketenangan lautan (segara pakreti), penyelamat dunia dam merayascita segala macam kala bhuta, manusia dan segala jenis penyakit, menghilangkan segala jenis bencana di dunia.

- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI

Sejarah Pura Sakenan juga tak bisa lepas dari perjalanan orang-orang suci seperti Danghyang Nirarta, Empu Kuturan, dll. Dulu, pada saat pembangunan Candi Sekar Kancing Gelung, orang-orang yang ada di Serangan dan di sekitarnya dengan semangat untuk ngaturang ayah. Mereka bersatu dan semuanya memohon kesejahteraan hidup. Adapun orang yang ada di sekitar Serangan saat itu antara lain berasal dari Intaran, Suwung, Kepaon, Pemogan, Kelan, Jimbaran, Panjer, Dukuh Siran dan banyak lagi.

Pura Sakenan berkonsep swamandala terdiri atas pelinggih-pelinggih dan bangunan-bangunan yang ada di dalamnya. Pura Sakenan terdiri atas dua pelebah yaitu Pura Dalem Sakenan dan Pura Pesamuan/Penataran Agung Sakenan.

Pura Sakenan mempunyai tiga halaman (trimandala): utama mandala, madya mandala, dan nista mandala. Masing-masing halamam dibatasi oleh tembok keliling lengkap dengan kori agung, apit lawang dan bebetelan. Pada puncak kori agung dipahatkan hiasan kepala kala. Di dalam utama mandala terdapat sejumlah pelinggih seperti candi, bale tajuk, bale pesandekan, dan apit lawang.

Di depan Candi Kurung yang menghubungkan utama mandala dan madya mandala terdapat dua buah arca Ganesha yang mengapit Candi Kurung. Madya mandala ini seluruhnya dikelilingi oleh tembok penyengker lengkap dengan Candi Bentar pada sisi sebelah baratnya dan petetesan pada sisi utara dan timurnya. Di nista mandala hanya berupa halaman kosong.

Bangunan pelinggih yang ada di utama mandala yakni bebatuan berupa Padma Capah stana Ida Batara Masjati, juga sebagai pemujaan Jro Dukuh Sakti. Meru Tumpang Tiga stana Batara Batur, Intaran, Ida Batara Muter. Gedong Jati stana Ida Ratu Ayu, Gedong (Tajuk) stana Batara Buitan dan Batara Muntur. Ada pula bale gede atau bale paruman fungsinya sebagai tempat pesamuan para pemangku, dan juga tempat penyucian pratima Ida Batara dan tempat para sulinggih dan para raja pada saat ada upacara pujawali.

Diceritakan bahwa keturunan Ida Batara Sakti Pemecutan yang bertahta di Puri Pemecutan, semuanya sudah mendapat kedudukan dan sekaligus mendapat tugas menjadi penganceng, pengempon yang berada di wilayah Kerajaan Badung. Puri Agung Kesiman ditugasi sebagai pengempon Pura Sakenan, Puri Oka Denpasar pengempon Pura Susunan Wadon dan Pura Batu Tegeh. Puri Agung Jro Kuta pengempon Pura Uluwatu, Puri Kaler Kawan pengempon Pura Geger dan Pura Pucak Tedung, Puri Denpasar pengempon Pura-pura lainnya yang ada di wilayah Jembrana dan Bukit dan Puri Langon pengempon Pura Peti Tenget. Maka mulai saat itu Puri Agung Kesiman menjadi penganceng/pengempon Pura Sakenan sampai sekarang. (sut)


- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI


Pura Sakenan terletak di Pulau Serangan, Desa Serangan, Denpasar Selatan. Pura atau kahyangan ini dibangun oleh Mpu Kuturan atau Mpu Rajakretha bersamaan dengan pembangunan beberapa pura lainnya pada zaman pemerintahan raja suami-istri Sri Masula Masuli.

Dalam lontar Usana Bali antara lain disebutkan, Mpu Kuturan juga disebut Mpu Rajakretha. Ia membangun pura berdasar konsep yang dibawanya dari Majapahit (Jawa Timur), diterapkan di Bali seluruhnya. Mengenai bertahtanya Sri Masula Masuli di Bali dapat diketahui dari prasasti Desa Sading, Mengwi, Badung. Prasasti itu bertahun Icaka 1172 atau 1250 M. Di situ disebut, Raja Sri Masula Masuli menjadi raja di Bali sejak tahun Icaka 1100 (1178 M). Raja ini memerintah selama 77 tahun. Artinya, ia mengakhiri pemerintahannya sekitar tahun Icaka 1177 (1255 M).

Ketika Danghyang Nirartha mengadakan perjalanan keliling Bali mengunjungi tempat-tempat suci, ia sampai pula di Pulau Serangan. Lalu, di bagian barat pantai Pulau Serangan dibangunlah pura. Di situ, Danghyang Nirartha dapat menyatukan pikirannya secara langsung. Mengenai peristiwa ini, dalam Dwijendra Tattwa, antara lain diuraikan sbb.; "...sesudah Danghyang Nirartha mensucikan diri di Bukit Payung, lalu beliau meneruskan perjalanan dengan menyusur pantai laut yang sangat indah dan mempesonakan menuju arah utara. Pantai yang dilalui cukup permai dengan pasirnya yang memutih memberikan keindahan alam yang mempesonakan, ditambah lagi dengan herembusnya angin dan lautan yang dapat menyegarkan jasmani beliau."

Lalu disebutkan lagi, "Dalam perjalanannya ini kemudian beliau menjumpai dua buah pulau kecil yaitu Nusa Dwa. Di pulau ini Danghyang Nirartha lagi beristirahat untuk melepaskan lelah, dan di sinilah beliau menyusun sajak atau kakawin Anjangsana Nirartha. Setelah selesai mencatat dan menyusun segala sesuatu yang berkaitan dengan sajak ini, Danghyang Nirartha lagi melanjutkan perjalanan menuju arah utara."

Tak dikisahkan bagaimana halnya di dalam perjalanannya, sampailah Danghyang Nirartha di suatu pulau kecil yaitu Serangan. Pada pantai bagian barat Pulau Serangan, Danghyang Nirartha beristirahat sambil mengagumi keindahan alam sekitarnya. Di tempat itu ia merasakan dan menyaksikan perpaduan harmonis antara daratan pulau Serangan dengan laut yang mengelilinginya. Karenanya, Danghyang Nirartha berketetapan hati dan memutuskan untuk tinggal dan bermalam beberapa hari di sana.

Akhirnya, di situlah Danghyang Nirartha membangun palinggih (bangunan suci) di Pura atau Kahyangan Sakenan. Sakenan berasal dan kata cakya yang berarti dapat langsung menyatukan pikiran. Pujawali atau piodalan di Pura Sakenan jatuh pada setiap 210 hari, pada Sabtu Kliwon, wara Kuningan, bertepatan dengan hari raya Kuningan. Sedangkan keramaiannya diselenggarakan pada Minggu Umanis, wara Langkir.

Ada hal penting yang setidaknya harus diperhatikan oleh para umat atau pemedek yang hendak tangkil ngaturang bakti atau bersembayang ke Pura Sakenan. Konon, hal ini masih rancu terjadi. Yang sering terjadi, umat melakukan persembahyangan di Pura Dalem Sakenan (pura yang di pinggir paling barat) dan di Pura Susunan Agung (di sebelah timur Dalem Sakenan), setelah itu langsung pulang.

- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI

Dalam pasamuan atau rapat nyanggra piodalan di Pura Sakenan yang sudah digelar, dijelaskan bahwa persembahyangan itu merupakan satu paket. Artinya, pemedek harus bersembahyang (1) ke Pura Susunan Wadon -- sekitar 0,5 km ke timur Pura Sakenan), (2) ke Pura Susunan Agung, dan (3) ke Pura Dalem Sakenan -- pada pelingih paling barat di pinggir pantai yang berbentuk Padmasana.

Dalam kajian sastranya, rangkaian ini bisa di telusuri dari kata Pura Susunan Wadon, Susunan Agung, dan Pura Dalem Sakenan. Terdapat suatu pengertian Purusa, Pradhana dan Susunan Agung adalah Lingga, Yoni dan Susunan Agung adalah tempat penyatuan antara Purusa dan Pradana -- penyatuan sang diri dengan maharoh sebagai asal mula setiap mahluk hidup. Pemahaman inilah yang ditemukan Mpu Kuturan sehingga melahirkan Pura Sununan Lanang dan Susunan Wadon.

Pun dengan kehadiran Dang Hyang Nirartha, juga terjadi hal yang sama. Sehingga, sebagai penghormatan terhadap beliau, maka dibuatkanlah pelinggih Pura Dalem Sakenan yang merupakan penyatuan antara Siwa dan Budha

Sumber : www.babadbali.com

SEJARAH UBUD Gianyar,Bali INDONESIA.

Hasil gambar untuk SEJARAH UBUD

Ubud dikenal sejak abad kedelapan, ketika pendeta Hindu dari sekte Waisnawaasal Jawa, Rsi Markandya datang ke Bali dan bermeditasi di pertemuan aliran dua sungai, Campuhan, yang terletak di sebelah barat pusat kota Ubud. Pura kemudian dibangun dan diperbesar oleh Danghyang Nirartha, pendeta Jawa yang disebut-sebut sebagai pemrakarsa ritual keagamaan yang dipraktekkan masyarakat Bali hingga saat ini. Saat itu Campuhan merupakan pusat pengobatan alami, dan dari situlah nama Ubud berasal: Ubud adalah bahasa kuno Bali untuk obat.
Visit Our Sponsor
- Jual Hotwheels Langka Murah
- Chocolate Gift & Cake Ulang Tahun Bali
- Jasa Desain Grafis Murah
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar
Menjual Kaos, Jaket & aksesoris anime, game band dll
- Cari Penghasilan Tambahan Dari Blog..KLIK DISINI

Baik candi maupun pura lainnya dibangun kurang lebih 400 tahun kemudian. Pura di Gunung Kawi dan pura Goa Gajah (di sebelah timur dan timur laut Ubud) adalah peninggalan arsitektural abad ini. Banyak tari-tarian,pertunjukkan drama danupacara sembahyang agama berasal dari jaman itu masih diselenggarakan hingga sekarang. Ketika itu,Raja Airlangga memerintah seluruh Jawa dan Bali dengan pusat pemerintahan di Kediri, Jawa Timur. Yang memerintah di Bali adalah adiknya, Marakata dan Anak Wungsu. Ketiganya adalah putra dari raja Bali bergelar Dharma Udayana Warmadewa yang menikah dengan putri Kediri Shri Mahendradatta Gunapriya Dharmapatni. Kerajaan Majapahit dari Jawa kemudian menaklukan Bali di tahun 1343. Kemenangan terbesarnya adalah mengalahkan Kerajaan Pejeng di Bedulu yang juga terletak di sebelah timur Ubud. Berbagai kebudayaan Bali kemudian lahir dan berkembang, dan leluhur keluarga kerajaan Ubud serta silsilahnya dapat ditelusuri kembali ke jaman ini. Pada abad ke-16, Pulau Jawa mengalami Islamisasi sehingga Kerajaan Majapahit bergerak ke arah timur. Kekuasaan berganti-ganti antara kerajaan-kerajaan maupun tuan-tuan tanah, namun Ubud tetap kuat bertahan melalui pemerintahan yang berganti-ganti.

- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI

Tahun 1900, Ubud membuat permohonan menjadi wilayah protektorat Belanda. Setelah itu penjajah ikut campur hanya sedikit saja, dan membiarkan di berlangsungkannya kegiatan seni dan budaya diUbud. Era moderen Ubud sendiri baru dimulai sejak tahun 1930 ketika para seniman, dengan dukungan keluarga kerajaan,mengadakan pertunjukkan di kota. Bertempat tinggaldi Ubud, sosok seperti Walter Spies dan Rudolf Bonnet-lah yang kemudian sangat berjasa mempromosikan kesenian dan kebudayaan Bali ke mancanegara. Sekitar tahun 1960an, turis-turis berjiwa petualangan tinggi mulai berdatangan. Saat itusarana infrastruktur yang tersedia masih sangat minim, namun dari situlah Ubud terus berkembang menjadi tujuan wisata utama berkelas internasional, sambil mempertahankan integritasnya sebagai pusat seni dan budaya Bali.

Kamis, 14 Maret 2019

SEDIKIT TENTANG MELUASIN

Untuk sahabat yang belum mengenal kata "Meluasin", itu adalah sebuah ritual dalam budaya Bali yang mungkin juga dilakukan  dalam budaya daerah lain.
Dalam prosesi "Meluasin", seorang medium (penghubung dengan alam roh), akan memanggil Roh seseorang yang berkaitan kerabat dengan para penanya, atau Roh yang mampu memberinjalan keluar dari peliknya masalah kehidupan yang sedang dialami sebuah keluarga.
Beberapa orang tidak mempercayai kebenaran hal ini, sebagian lainnya begitu meyakini itu sebagai tuntunan kebenaran dari alam Roh.
Mereka yang tidak percaya akan berkata; "Bambang gagah napi ten ngenah?" (Kalau kita menggali sebuah lubang, apa pun bisa terungkap, entah baik atau buruk).  Sebuah ungkapan agar membiarkan saja apa yang sudah berlalu agar tetap terpendam di masa lalu.
Pilihan kembali pada diri sendiri. Namun bagi yang percaya akal prosesi ini, sangat disarankan menggunakan akal budi dalam menelaah maksud dari pesan yang dihadirkan. Sebab seringkali pesan itu sangat simbolik dan tidak dimaksudkan untuk dilaksanakan apa adanya.
Salah satu misalnya ketika ada pesan dari alam sana untuk "Nebusin di pempatan" (menebus Roh atau hutang janji di sebuah perempatan yang disucikan).  Seringkali ini sebenarnya bermakna beda dan bukan harfiah melaksanakan prosesi di perempatan. Karena beberapa kasus ternyata tidak memperoleh hasil setelah melakukannya.

Visit Our Sponsor
- Jual Hotwheels Langka Murah
- Chocolate Gift & Cake Ulang Tahun Bali
- Jasa Desain Grafis Murah
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar
Menjual Kaos, Jaket & aksesoris anime, game band dll
Perempatan adalah tempat orang mudah bingung bila tidak tahu arah dan tidak memiliki petunjuk tentang tujuan yang ingin dicari. Jadi dalam hal ini, "nebusin di pempatan" itu bisa berarti sebuah upaya untuk melenyapkan kebingungan akibat ketidaktahuan akan kebenaran yang dicari. Kebingungan (moha) akibat Awidya (kurangnya pemahaman atau pengetahuan) tentang akar masalah yang dihadapi, bisa membuat seseorang ke sana kemari mencari jalan keluar dari masalahnya, namun tak pernah tuntas.
"Nebusin di Dalem" sering juga menjadi pesan yang membuat orang-orang kemudian pergi ke Pura Dalem untuk melakukan prosesi penebusan Roh di sana. Banyak yang kemudian juga belum mendapatkan hasil dan tetap bermasalah. Sebab kemungkinan makna yang dimaksud dalam pesan itu adalah "nebusin ke dalam diri". Melakukan introspeksi diri agar menemukan sebab musabab atau akar masalah kehidupannya di dalam batin bawah sadarnya sendiri.
Ah, membahas hal ini dalam bentuk tulisan pun, meski dimaksudkan hanya sedikit, ternyata lebih singkat bila dilisankan. Namun semoga ada manfaatnya dan tetap mengedepankan akal budi dalam menafsir pesan-pesan yang datang
Sebab dalam ilmu "speak with death", sering ada Roh-Roh yang menyaru agar bisa memberi pesan demi kepentingannya sendiri.  Orang Bali menyebut Roh-Roh penyaru ini sebagai Kingkara. Mirip dengan penelpon gelap yang suka mengatasnamakan pejabat atau orang terkenal, untuk melakukan tipu muslihat bagi yang mudah mempercayainya.
Semoga bermanfaat dan mohon maaf karena menulis kebanyakan.
Wayan mustika

- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI