Sabtu, 06 Juli 2019

TARI BARONG & KERIS DESA BATUBULAN GIANYAR,BALI INDONESIA

Hasil gambar untuk TARI BARONG & KERIS DESA BATUBULAN GIANYAR,BALI INDONESIA

Foto by Wallter Spice
Tahun : 1937

Tari Barong & Keris Batubulan memang bermula dari pertunjukan tari Barong yang ada di Pagutan, namun saat itu masih menggunakan lakon Balian Batur. Tari Barong ini sempat didokumentasikan oleh Wallter Spice sekitar tahun 1937. Juga sudah ditulis dalam bukunya yang berjudul Dance And Drama In Bali. Berdasarkan informasi dari para penglingsir kami di Pagutan, tari Barong inilah merupakan cikal bakal tarian Barong yang dipentaskan untuk touris saat ini yang memakai lakon Kunti Seraya.
Menurut Prof. DR I Wayan Dibia, MA dari desa Singapadu dapat meluruskan sedikit tentang kesejarahan Tari Barong Kunti Sraya. Beliu menyatakan bahwa seni pertunjukan tari barong yang menjadi tontonan para touris di era tahun 1936 hingga 1947 mempunyai karakteristik berbeda-beda pada awalnya. Saat itu pementasan tari barong mengambil lakon berbeda-beda ada yang mengambil lakon Calon arang, ada lakon Kolekek, ada lakon Balian Batur, sampai terdekumentasikan di Pagutan dan Pura Dalem Tahak Batubulan. Walaupun sebenarnya pemetasan tari barong saat itu juga ada di Pura Dalem Sekar Mukti Singapadu, Puri Tegal Tamu dan Br. Pagutan.

Visit Our Sponsor
- Jual Hotwheels Langka Murah
- Chocolate Gift & Cake Ulang Tahun Bali
- Jasa Desain Grafis Murah
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar
Menjual Kaos, Jaket & aksesoris anime, game band dll



Tentang lakon kunti sraya, menurut beliau tercipta di era 1942 yang pertama kali dipentaskan di Pura Desa Singapadu. Kurun waktu 1942 hingga 1961 rutin dipentaskan tarian barong kunti sraya di Pura Desa Singapadu yang akhirnya terjadi gejolak atas pemakaian area pura sebagai tempat pementasan tari barong tourist yang akhirnya harus membuat tempat pementasan baru di banjar Sengguan Singapadu.Saat pembangunan pura di Sengguan pertengahan tahun 1961-1962 akhirnya seniman Singapadu yaitu Bapak Kredek mengajarkan tari barong kunti sraya ke Br. Denjalan Batubulan.

Di Batubulan seni pertunjukan tari barong kunti sraya berkembang awalnya dipentaskan di pura Puseh Batubulan dan akhirnya kembali ke banjar Denjalan dengan personil Pemaksan Barong banjar Denjalan dan banjar Batur. Berkembang juga si Banjar Tegaltamu dan satu lagi di puri Batubulan yang disokong oleh Travel Bali Tour saat itu dengan personil Pemaksan Barong Pagutan. ( Br, Pagutan Kaja & Pagutan Kelod). Karena tuntutan managemen dan partnership yang berubah pemaksan barong Pagutan melebur menjadi yayasan Sahadewa yang sekarang Stagenya representatif di Jalan Kampus Seni Batubulan. Tahun 1990an lahir juga Barong& Kris Sila Budaya di Br Tegehe dan Tahun 2010 Lahir barong Jambe Budaya.
Kembali ke Barong Calonarang Balian Batur. Karena yang ditonjolkan adalah tari Barong Dan tari Keris, maka jalan cerita Balian Batur tidak menjadi fokus perhatian saat itu. Sehingga pementasan ini terkenal dengan tari Barong Pagutan. Tari Barong ini memang unik. Disamping akan terjadinya trance atau kerawuhan karena mementaskan Ida Panembahan (Barong sakral), tari kerisnya ditata memakai penari pria dan wanita. Mungkin tari keris oleh penari wanita ini yang sulit kami lestarikan pada saat sekarang. Karena beberapa keunikan itu sulit kami teruskan,maka pada kesempatan upacara ngodakan Panembahan Ratu Anom 7 April 2009 kami menggarap cerita Balian Batur ini dalam bentuk seni pertunjukan Drama Tari Calonarang.
Drama tari Calonarang memang sangat terkenal sebagai salah satu seni pertunjukan di Bali. Namun orientasi orang akan selalu mengarah pada cerita Walu Nateng Dirah kontra Empu Peradah. Akan tetapi lain halnya dengan Calonarang yang ada di Pagutan.


- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI
- Jual Cake Ulang Tahun Bali
Kalau kita menoleh ke belakang, dari dokumentasi yang terdapat di beberapa museum di luar negeri khususnya Amerika dan Eropa, ternyata terdapat dokomentasi dari pementasan tari Barong Pagutan yang mengambil lakon “Balian Batur”. Menurut data yang ada di filmnya maupun dalam buku Dance And Drama In Bali, itu didokumentasikan pada tahun 1937 oleh Wallter Spice. Nah, bertitik tolak dari hal itu, kami para pelaku seni pertunjukan di Pagutan dan juga atas dorongan masyarakat Banjar Pagutan Kaja dan Kelod, kami mencoba membangkitkan kembali apa yang telah dilakukan oleh para pelaku seni di Pagutan jaman dulu. Karena dokumen yang kami temukan tidak komplit atau berupa cuplikan-cuplikannya saja dan tanpa suara yang asli, mendorong kami untuk menata kembali sesuai dengan informasi yang kami dapatkan baik dari para penglingsir kami di Pagutan dan juga dari para seniaman akademis. Berdasarkan informasi yang kami peroleh, cerita ini kami kemas dalam bentuk seni pertunjukan Drama Tari Calonarang.

Sumber : http://desabatubulan.com/pariwisata/narasi-seni-tari-barong-dan-calonarang/



Recommended Download

Jumat, 05 Juli 2019

SEJARAH KOTA DENPASAR PROVINSI BALI INDONESIA



Kota Denpasar merupakan sebuah kota di Pulau Bali dan sekaligus menjadi ibu kota Provinsi Bali, Indonesia.

Pertumbuhan industri pariwisata di Pulau Bali mendorong Kota Denpasar menjadi pusat kegiatan bisnis, dan menempatkan kota ini sebagai daerah yang memiliki pendapatan per kapita dan pertumbuhan tinggi di Provinsi Bali.[2]Pemerintah akan mempersiapkan tiga kota yaitu Medan, Denpasar, dan Makassar sebagai kota metropolitan baru. Tata ruang tiga kota itu masuk dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Perpres 45/2011).[3][4]

Visit Our Sponsor
- Jual Hotwheels Langka Murah
- Chocolate Gift & Cake Ulang Tahun Bali
- Jasa Desain Grafis Murah
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar
Menjual Kaos, Jaket & aksesoris anime, game band dll
- Cari Penghasilan Tambahan Dari Blog..KLIK DISINI

Sejarah

Nama Denpasar dapat bermaksud pasar baru, sebelumnya kawasan ini merupakan bagian dari Kerajaan Badung, sebuah kerajaan yang pernah berdiri sejak abad ke-19, sebelum kerajaan tersebut ditundukan oleh Belanda pada tanggal 20 September 1906, dalam sebuah peristiwa heroik yang dikenal dengan Perang Puputan Badung.[5]

Setelah kemerdekaan Indonesia, berdasarkan Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958, Denpasar menjadi ibu kota dari pemerintah daerah Kabupaten Badung, selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Des.52/2/36-136 tanggal 23 Juni 1960, Denpasar juga ditetapkan sebagai ibu kota bagi Provinsi Bali yang semula berkedudukan di Singaraja.[6]

Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1978, Denpasar resmi menjadi ‘’Kota Administratif Denpasar’’, dan seiring dengan kemampuan serta potensi wilayahnya dalam menyelenggarakan otonomi daerah, pada tanggal 15 Januari 1992, berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1992, dan Kota Denpasar ditingkatkan statusnya menjadi ‘’kotamadya’’, yang kemudian diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 27 Februari 1992.


- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI
Geografi

Kota Denpasar berada pada ketinggian 0-75 meter dari permukaan laut, terletak pada posisi 8°35’31” sampai 8°44’49” Lintang Selatan dan 115°00’23” sampai 115°16’27” Bujur Timur. Sementara luas wilayah Kota Denpasar 127,78 km² atau 2,18% dari luas wilayah Provinsi Bali. Dari penggunaan tanahnya, 2.768 Ha merupakan tanah sawah, 10.001 Ha merupakan tanah kering dan sisanya seluas 9 Ha adalah tanah lainnya. Tingkat curah hujan rata-rata sebesar 244 mm per bulan, dengan curah hujan yang cukup tinggi terjadi pada bulan Desember. Sedangkan suhu udara rata-rata sekitar 29.8° C dengan rata-rata terendah sekitar 24.3° C.

Sumber : situs resmi pemerintahan kota Denpasar //https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Denpasar //www.denpasarkota.go.id




Recommended Download

Kamis, 04 Juli 2019

PAHLAWAN NASIONAL INDONESIA "I GUSTI KETUT PUDJA"

Hasil gambar untuk I GUSTI KETUT PUDJA

ASAL SINGARAJA
BULELENG,BALI
INDONESIA.

Putra Bali ini lahir di Singaraja, 19 Mei 1908 dari pasangan I Gusti Nyoman Raka dan Jera Ratna Kusuma. Tahun 1934, diusia 26 tahun, Pudja berhasil menyelesaikan kuliah di bidang hukum dan meraih gelar Meester in de Recten dari Rechts Hoge School, Jakarta. Setahun Kemudian, ia mulai mengabdikan dirinya pada kantor Residen Bali dan Lombok di Singaraja.
I Gusti Ketut Pudja adalah tokoh Bali yang pada masa awal RI memegang jabatan sebagai Gubernur Provinsi Sunda Kecil (sekarang Provinsi Bali, Provinsi NTB, dan Provinsi NTT). Sebelumnya sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), ia telah memberikan kontribusi pemikiran, khususnya mengenai Pembukaan UUD 45. Usulnya agar istilah “Allah Yang Maha Kuasa” diganti menjadi “Tuhan Yang Maha Esa” disetujui oleh sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Usul itu diajukannnya agar istilah tersebut dapat diterima oleh golongan non-Muslim.


Visit Our Sponsor
- Jual Hotwheels Langka Murah
- Chocolate Gift & Cake Ulang Tahun Bali
- Jasa Desain Grafis Murah
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar
Menjual Kaos, Jaket & aksesoris anime, game band dll
- Cari Penghasilan Tambahan Dari Blog..KLIK DISINI

Sebagai Gubernur Sunda Kecil, Ketut Pudja menghadapi situasi yang cukup sulit. Di satu pihak, pemerintah pendudukan Jepang di Bali masih utuh. Di pihak lain, di Bali masih terdapat daerah-daerah swapraja warisan pemerintah kolonial Belanda. Terhadap pihak Jepang, ia menuntut agar kekuasaan pemerintahan diserahkan kepadanya dan hal itu baru terlaksana pada bulan Oktober 1945. Terhadap raja-raja sebagai kepala pemerintahan swapraja, ia melakukan pendekatan persuasif, menghimbau mereka agar mendukung Pemerintah RI.
Kedatangan pasukan Sekutu mengubah situasi. Atas desakan Sekutu, Jepang menarik kembali kekuasaan yang diserahkan kepada Ketut Pudja, bahkan Ketut Pudja ditangkap dan ditahan selama satu bulan.


- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI
Penangkapan kedua dilakukan Belanda yang tiba di Bali pada awal Maret 1946. Ketut Pudja dipenjarakan untuk waktu yang cukup lama dan baru dibebaskan bulan Maret 1948. Setelah bebas, ia pindah ke Yogya dan bekerja sebagai gubernur diperbantukan pada Kementerian Dalam Negeri. Pada waktu Belanda melancarkan agresi militer kedua, ia ditangkap dan dipenjarakan beberapa waktu lamanya di penjara Wirogunan.
Dengan persetujuan Pemerintah RI, pada tahun 1950 Ketut Pudja diangkat sebagai Menteri Kehakiman dalam kabinet Negara Indonesia Timur (NIT) dengan tugas mempercepat proses likuidasi dan penggabungan negara federal ini ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sesudah itu, ia ditempatkan kembali di Kementerian Dalam Negeri dan dipekerjakan pada staf Perdana Menteri sebagai penghubung Parlemen.
Ketut Pudja pernah memangku berbagai jabatan dalam lembaga negara, antara lain sebagai Wakil Ketua Dewan Pengawas Keuangan, anggota Dewan Perancang Nasional, dan anggota Panitia Undang-Undang Pokok Agraria. Jabatan terakhirnya ialah sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) hingga ia memasuki masa purna bakti di tahun 1968. I Gutsti Ketut Pudja meninggal dunia pada 4 Mei 1977 di usia 68 tahun. Atas jasa dan perjuangannya terhadap bangsa dan negara, Pemerintah RI menganugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan surat Keputuskan Presiden Nomor 113/TK/2011 tanggal 7 November 2011.

Sumber : wikipedia // meidyana215.blogspot.com



Recommended Download

Rabu, 03 Juli 2019

KISAH PELUKIS LEGENDARIS "Andrien-Jaen ( Le Mayeur de Merpres ) & Ni Pollok ( Ni Nyoman Pollok)

Hasil gambar untuk Adrien-Jean ( Le Mayeur de Merpres ) & Ni Pollok (

Adrien-Jean Le Mayeur de Merpres (lahir di Brusel, 9 Februari 1880 – meninggal di Ixelles, 31 Mei 1958 pada umur 78 tahun) ialah seorang pelukis dari Belgia. Ia tiba di Singaraja, Bali dengan perahu pada tahun 1932. Lalu ia menetap di Denpasar.

Le Mayeur menyewa sebuah rumah di banjar Kelandis, Denpasar, tempatnya berkenalan dengan penari legong Ni Nyoman Pollok yang berusia 15 tahun, yang kemudian menjadi model lukisannya.

Visit Our Sponsor
- Jual Hotwheels Langka Murah
- Chocolate Gift & Cake Ulang Tahun Bali
- Jasa Desain Grafis Murah
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar
Menjual Kaos, Jaket & aksesoris anime, game band dll
- Cari Penghasilan Tambahan Dari Blog..KLIK DISINI

Sejumlah karya Le Mayeur yang menggunakan Ni Pollok sebagai model dipamerkan di Singapura untuk pertama kalinya pada tahun 1933, yang kemudian sukses dan iapun terkenal. Kembali dari Singapore, Le Mayeur membeli sepetak tanah di Pantai Sanur dan membangun rumah. Di rumah yang menjadi studio ini, Ni Pollok bekerja tiap hari sebagai model bersama 2sahabatnya. Kecantikan dan kepribadian Ni Pollok membuat Le Mayeur menikmati rumah barunya di Bali. Awalnya, ia hanya akan tinggal selama 8bulan, namun kemudian ia memutuskan untuk tinggal di pulau itu sampai akhir hayatnya.

Setelah 3 tahun bekerja bersama, pada tahun 1935, Le Mayeur dan Ni Pollok menikah. Sepanjang kehidupan pernikahannya, Le Mayeur tetap melukis dengan menggunakan istrinya sebagai model.Le Mayeur tak ingin istrinya hamil karena ia takut tubuhnya yang indah itu rusak setelah melahirkan maka mereka tak memiliki anak sampai ajal menjemput.


- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI

Pada tahun 1956, Bahder Djohan, Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia saat itu mengunjungi Le Mayeur dan Ni Pollok di rumahnya. Bahder begitu terpesona dengan karya pelukis itu dan kemudian mengusulkan kepada pasangan itu untuk melestarikan rumah mereka dan seisinya sebagai museum. Le Mayeur menyetujui gagasan itu dan sejak itu ia bekerja lebih keras untuk menambah banyak koleksi rumah itu dan menambah kualitas karyanya juga.

Akhirnya, impian Le Mayeur menjadi kenyataan ketika pada tanggal 28 Agustus1957, sebuah testamen ditandatangani, yang isinya adalah bahwa Le Mayeur mewariskan semua miliknya termasuk tanah, rumah, dan seisinya kepada Ni Pollok sebagai hadiah. Di saat yang sama, Ni Pollok kemudian memindahkan semua yang diwarisi dari suaminya kepada Pemerintah Indonesia untuk digunakan sebagai museum.


- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI

Pada tahun 1958, Le Mayeur menderita kanker telinga parah, dan ditemani oleh Ni Pollok ia kembali ke Belgia untuk menerima perawatan medis. Setelah 2 bulan di sana, akhirnya Le Mayeur meninggal dunia dalam usia 78 tahun dan dimakamkan di Ixelles/Elsene, Brusel. Ni Pollok kemudian pulang kampung untuk merawat rumahnya yang menjadi museum hingga kematiannya pada tanggal 18 Juli 1985 dalam usia 68 tahun.


Recommended Download

Selasa, 02 Juli 2019

PAHLAWAN NASIONAL INDONESIA "Dr IDA ANAK AGUNG GDE AGUNG "

Hasil gambar untuk Dr IDA ANAK AGUNG GDE AGUNG

ASAL KABUPATEN GIANYAR
BALI,INDONESIA

Visit Our Sponsor
- Jual Hotwheels Langka Murah
- Chocolate Gift & Cake Ulang Tahun Bali
- Jasa Desain Grafis Murah
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar
Menjual Kaos, Jaket & aksesoris anime, game band dll
- Cari Penghasilan Tambahan Dari Blog..KLIK DISINI

Ida Anak Agung Gde Agung adalah ahli sejarah dan tokoh politik Indonesia. Di Bali, beliau menjabat sebagai Raja Gianyar, menggantikan ayahnya, Anak Agung Ngurah Agung. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar hingga meraih gelar sarjana hukum (Mr.), Ida Anak Agung Gde Agung melanjutkan pendidikan untuk mendapatkan gelar doktor di Universitas Utrecht, Belanda.

Sebagai seorang terpelajar, Ida Anak Agung Gde Agung pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri maupun Menteri Luar Negeri pada era pemerintahan Presiden Sukarno. Selain itu, ia pernah menjabat pula sebagal Dubes RI di Belgia (1951), Portugal, Perancis (1953), dan Austria. Sebelumnya, pada tahun 1948, ia menggagas berdirinya Perhimpunan Masyarakat Federal (PMF) guna mewadahi dan menyatukan wilayah wilayah federal di Indonesia yang terbentuk akibat perjanjian Indonesia Belanda saat itu. Di tahun 1949, Ida Anak Agung Gde Agung memimpin delegasi Negara Indonesia Timur dan PMF ke Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda. Peran beliau dalam perjuangan diplomasi ini menguatkan posisi Indonesia dalam perundingan sehingga Belanda mengakui kedaulatan NKRI.

- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI

Tempat/Tgl. Lahir : Gianyar, 24 Juli 1921Tempat/Tgl. Wafat : Bali, 22 April 1999 
SK Presiden : Keppres No. 066/TK/2007, Tgl. 9 November 2007Gelar : Pahlawan Nasional

Sumber : https://www.pahlawanindonesia.com/



Recommended Download

Senin, 01 Juli 2019

ASTA KOSALA dan ASTA BUMI.

Hasil gambar untuk ASTA KOSALA dan ASTA BUMI.

Yang dimaksud dengan Asta Kosala adalah aturan tentang bentuk-bentuk niyasa (symbol) pelinggih, yaitu ukuran panjang, lebar, tinggi, pepalih (tingkatan) dan hiasan.

Yang dimaksud dengan Asta Bumi adalah aturan tentang luas halaman Pura, pembagian ruang halaman, dan jarak antar pelinggih.

Visit Our Sponsor
- Jual Hotwheels Langka Murah
- Chocolate Gift & Cake Ulang Tahun Bali
- Jasa Desain Grafis Murah
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar
Menjual Kaos, Jaket & aksesoris anime, game band dll
- Cari Penghasilan Tambahan Dari Blog..KLIK DISINI

Aturan tentang Asta Kosala dan Asta Bumi ditulis oleh Pendeta: Bhagawan Wiswakarma dan Bhagawan Panyarikan. Uraian mengenai Asta Kosala khusus untuk bangunan Padmasana telah dikemukakan pada bab: Hiasan Padmasana, Bentuk-bentuk Padmasana dan Letak Padmasana.

Asta Bumi menyangkut pembuatan Pura atau Sanggah Pamerajan adalah sebagai berikut:

1Tujuan Asta Bumi adalah Memperoleh kesejahteraan dan kedamaian atas lindungan Hyang Widhi Mendapat vibrasi kesucian Menguatkan bhakti kepada Hyang Widhi Luas halaman Memanjang dari Timur ke Barat ukuran yang baik adalah: Panjang dalam ukuran "depa" (bentangan tangan lurus dari kiri ke kanan dari pimpinan/klian/Jro Mangku atau orang suci lainnya): 2,3,4,5,6,7,11,12,14,15,19. Lebar dalam ukuran depa: 1,2,3,4,5,6,7,11,12,14,15.Alternatif total luas dalam depa: 2x1,3x2, 4x3, 5x4, 6x5, 7x6, 11x7, 12x11, 14x12, 15x14, 19x15.bMemanjang dari Utara ke Selatan ukuran yang baik adalah: Panjang dalam ukuran depa: 4,5,6,13,18. Lebar dalam ukuran depa: 5,6,13. Alternatif total luas dalam depa: 6x5, 13x6, 18x13

Jika halaman sangat luas, misalnya untuk membangun Padmasana kepentingan orang banyak seperti Pura Jagatnatha, dll. boleh menggunakan kelipatan dari alternatif yang tertinggi. Kelipatan itu: 3 kali, 5 kali, 7 kali, 9 kali dan 11 kali.

Misalnya untuk halaman yang memanjang dari Timur ke Barat, alternatif luas maksimum dalam kelipatan adalah: 3x(19x15), 5x(19x15), 7x(19x15), 9x(19x15), 11x(19x15).

Untuk yang memanjang dari Utara ke Selatan, alternatif luas maksimum dalam kelipatan adalah: 3x(18x13), 5x(18x13), 7x(18x13), 9x(18x13), 11x(18x13).

HULU-TEBEN.


- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI

"Hulu" artinya arah yang utama, sedangkan "teben" artinya hilir atau arah berlawanan dengan hulu. Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, ada dua patokan mengenai hulu yaitu

Arah Timur, dan

Mengenai arah Timur bisa diketahui dengan tepat dengan menggunakan kompas.

Arah kaja adalah letak gunung atau bukit.

Cara menentukan lokasi Pura adalah menetapkan dengan tegas arah hulu, artinya jika memilih timur sebagai hulu agar benar-benar timur yang tepat, jangan melenceng ke timur laut atau tenggara. Jika memilih kaja sebagai hulu, selain melihat gunung atau bukit juga perhatikan kompas. Misalnya jika gunung berada di utara maka hulu agar benar-benar di arah utara sesuai kompas, jangan sampai melenceng ke arah timur laut atau barat laut, demikian seterusnya. Pemilihan arah hulu yang tepat sesuai dengan mata angin akan memudahkan membangun pelinggih-pelinggih dan memudahkan pelaksanaan upacara dan arah pemujaan.

BENTUK HALAMAN.

Bentuk halaman pura adalah persegi empat sesuai dengan ukuran Asta Bumi sebagaimana diuraikan terdahulu. Jangan membuat halaman pura tidak persegi empat misalnya ukuran panjang atau lebar di sisi kanan - kiri berbeda, sehingga membentuk halaman seperti trapesium, segi tiga, lingkaran, dll. Hal ini berkaitan dengan tatanan pemujaan dan pelaksanaan upacara, misalnya pengaturan meletakkan umbul-umbul, penjor, dan Asta kosala.

PEMBAGIAN HALAMAN.

Untuk Pura yang besar menggunakan pembagian halaman menjadi tiga yaitu:

Utama MandalaMadya MandalaNista Mandala.


- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI

Ketiga Mandala itu merupakan satu kesatuan, artinya tidak terpisah-pisah, dan tetap berbentuk segi empat; tidak boleh hanya utama mandala saja yang persegi empat, tetapi madya mandala dan nista mandala berbentuk lain.

Utama mandala adalah bagian yang paling sakral terletak paling hulu, menggunakan ukuran Asta Bumi;

Madya Mandala adalah bagian tengah, menggunakan ukuran Asta Bumi yang sama dengan utama Mandala;

Nista Mandala adalah bagian teben, boleh menggunakan ukuran yang tidak sama dengan utama dan nista mandala hanya saja lebar halaman tetap harus sama.

Di Utama mandala dibangun pelinggih-pelinggih utama, di madya mandala dibangun sarana-sarana penunjang misalnya bale gong, perantenan (dapur suci), bale kulkul, bale pesandekan (tempat menata banten), bale pesamuan (untuk rapat-rapat), dll. Di nista mandala ada pelinggih

"Lebuh" yaitu stana Bhatara Baruna, dan halaman ini dapat digunakan untuk keperluan lain misalnya parkir, penjual makanan, dll.


- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI

Batas antara nista mandala dengan madya mandala adalah "Candi Bentar" dan batas antara madya mandala dengan utama mandala adalah "Gelung Kori", sedangkan nista mandala tidak diberi pagar atau batas dan langsung berhadapan dengan jalan.

MENETAPKAN PEMEDAL.

Pemedal adalah gerbang, baik berupa candi bentar maupun gelung kori. Cara menetapkan pemedal sebagai berikut: 1) Ukur lebar halaman dengan tali. 2) Panjang tali itu dibagi tiga. 3) Sepertiga ukuran tali dari arah teben adalah "as" pemedal. Dari as ini ditetapkan lebarnya gerbang apakah setengah depa atau satu depa, tergantung dari besar dan tingginya bangunan candi bentar dan gelung kori. Yang dimaksud dengan teben dalam ukuran pemedal ini adalah arah yang bertentangan dengan hulu dari garis halaman pemedal. Misalnya hulu halaman Pura ada di Timur, maka teben dalam menetapkan gerbang tadi adalah utara, kecuali di utara ada gunung maka tebennya selatan, demikian seterusnya. Penetapan gerbang candi bentar dan gelung kori ini penting untuk menentukan letak pelinggih sesuai dengan asta kosala.



JARAK ANTAR PELINGGIH.

Jarak antar pelinggih yang satu dengan yang lain dapat menggunakan ukuran satu "depa", kelipatan satu depa, "telung tapak nyirang", atau kelipatan telung tapak nyirang. Pengertian "depa" sudah dikemukakan di depan, yaitu jarak bentangan tangan lurus dari ujung jari tangan kiri ke ujung jari tangan kanan. Yang dimaksud dengan "telung tampak nyirang" adalah jarak dari susunan rapat tiga tapak kaki kanan dan kiri (dua kanan dan satu kiri) ditambah satu tapak kaki kiri dalam posisi melintang. Baik depa maupun tapak yang digunakan adalah dari orang yang dituakan dalam kelompok "penyungsung" (pemuja) Pura. Jarak antar pelinggih dapat juga menggunakan kombinasi dari depa dan tapak, tergantung dari harmonisasi letak pelinggih dan luas halaman yang tersedia. Jarak antar pelinggih juga mencakup jarak dari tembok batas ke pelinggih-pelinggih. Ketentuan-ketentuan jarak itu juga tidak selalu konsisten, misalnya jarak antar pelinggih menggunakan tapak, sedangkan jarak ke "Piasan" dan Pemedal (gerbang) menggunakan depa. Ketentuan ini juga berlaku bagi bangunan dan pelinggih di Madya Mandala.

PELINGGIH (STANA) YANG DIBANGUN. Jika bangunan inti hanya Padmasana, sebagaimana tradisi yang ada di luar Pulau Bali, maka selain Padmasana dibangun juga pelinggih TAKSU sebagai niyasa pemujaan Dewi Saraswati yaitu saktinya Brahma yang memberikan manusia kemampuan belajar/mengajar sehingga memiliki pengetahuan, dan PANGRURAH sebagai niyasa pemujaan Bhatara Kala yaitu "putra" Siwa yang melindungi manusia dalam melaksanakan kehidupannya di dunia. Bangunan lain yang bersifat sebagai penunjang adalah: PIYASAN yaitu bangunan tempat bersemayamnya niyasa Hyang Widhi ketika hari piodalan, di mana diletakkan juga sesajen (banten) yang dihaturkan. BALE PAMEOSAN adalah tempat Sulinggih memuja. Di Madya Mandala dibangun BALE GONG, tempat gambelan, BALE PESANDEKAN, tempat rapat atau menyiapkan diri dan menyiapkan banten sebelum masuk ke Utama Mandala. BALE KULKUL yaitu tempat kulkul (kentongan) yang dipukul sebagai isyarat kepada pemuja bahwa upacara akan dimulai atau sudah selesai.


- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI

Jika ingin membangun Sanggah pamerajan yang lengkap, bangunan niyasa yang ada dapat "turut" 3,5,7,9, dan 11. "Turut" artinya "berjumlah". Turut 3: Padmasari, Kemulan Rong tiga (pelinggih Hyang Guru atau Tiga Sakti: Brahma, Wisnu, Siwa), dan Taksu. Jenis ini digunakan oleh tiap keluarga di rumahnya masing-masing. Turut 5: Padmasari, Kemulan Rong Tiga, Taksu, Pangrurah, "Baturan Pengayengan" yaitu pelinggih untuk memuja ista dewata yang lain. Turut 7: adalah turut 5 ditambah dengan pelinggih Limas cari (Gunung Agung) dan Limas Catu (Gunung Lebah). Yang dimaksud dengan Gunung Agung dan Gunung Lebah (Batur) adalah symbolisme Hyang Widhi dalam manifestsi yang menciptakan "Rua Bineda" atau dua hal yang selalu berbeda misalnya: lelaki dan perempuan, siang dan malam, dharma dan adharma, dll. Turut 9 adalah turut 7 ditambah dengan pelinggih Sapta Petala dan Manjangan Saluwang. Pelinggih Sapta Petala adalah pemujaan Hyang Widhi sebagai penguasa inti bumi yang menyebabkan manusia dan mahluk lain dapat hidup. Manjangan Saluwang adalah pemujaan Mpu Kuturan sebagai Maha Rsi yang paling berjasa mempertahankan Agama Hindu di Bali. Turut 11 adalah turut 9 ditambah pelinggih Gedong Kawitan dan Gedong Ibu. Gedong Kawitan adalah pemujaan leluhur laki-laki yang pertama kali datang di Bali dan yang mengembangkan keturunan. Gedong Ibu adalah pemujaan leluhur dari pihak wanita (istri Kawitan).

Cara menempatkan pelinggih-pelinggih itu sesuai dengan konsep Hulu dan Teben, di mana yang diletakkan di hulu adalah Padmasari/Padmasana, sedangkan yang diletakkan di teben adalah pelinggih berikutnya sesuai dengan turut seperti diuraikan di atas. Bila halamannya terbatas sedangkan pelinggihnya perlu banyak, maka letak bangunan dapat berbentuk L yaitu berderet dari pojok hulu ke teben kiri dan keteben kanan.


- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI
Sumber: Bhagawan Dwija

Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi, Geria Tamansari Lingga Ashrama, Jalan Pantai Lingga, Banyuasri, Singaraja - Bali. Telpon: 0362-22113, 27010. HP 081-797-1986-4

Bangunan diproses penjiwaannya sebagai suatu kelahiran ke bumi dengan upakara sebagaimana layaknya suatu kelahiran dan kehidupan. Upacara ngulihin karang adalah suatu upakara semacam dikawinkan antara bangunan dengan pemilik-pemakainya.

Membangun Pura dengan Kesadaran Mendasar
Oleh N. Gelebet

Menyukuri kesejahteraan karunia Hyang Widhi, dibangunlah pura sebagai tempat pemujaan dalam manifestasinya, spirit geginan dan roh leluhur yang diharapkan menyatu dengan-Nya untuk kerahayuan jagat. Pembangunan tempat pemujaan berkembang dari seonggok batu untuk panjatan memuja yang di langit, meru bayangan gunung, padma kemanunggalan dan kini penampilan jamak semarak dengan kemanjaan teknologi.

Kesadaran mendasar dalam membangun pura memang seharusnya melestarikan landasan konseptualnya. Peranan dinas, instansi yang mengambil alih peran krama, dengan pengalihan hak atas bukti pura dan kebijakan meniadakan prosesi pratima yang ditinggal krama yang tidak lagi ngayah kini tanpa karang ayahan, merupakan gejala kesadaran palsu yang terjadi dalam beberapa kasus.

Proses Membangun Pura

Berawal dari nyanggra pengempon, pengemong dan penyiwi, dilanjutkan dengan nyanyan dialog ritual dengan sesuhunan yang distanakan di pura yang dibangun. Tujuannya, untuk mendapatkan kesepakatan atas kesepahaman sekala-niskala apa dan bagaimana membangun pura. Kemudian dengan penetapan program dan penjadwalannya sesuai subadewasa dilakukan nyikut, ngruak karang dan nyangga ngurip gegulak, ngadegang sanggar wiswakarma. Keberadaan gegulak dipandang sebagai acuan hidup modul pendimensian, setelah melalui ritus pengurip dan pengaci, nantinya wajib di-pralina setelah bangunan selesai di-plaspas. Dengan penjiwaan sejak awal, keseimbangan atma, angga lan khaya wewangunan dapat terwujud.


- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI

Selanjutnya ngelakar sesuai keperluan dan ketentuan penggunaan bahan untuk bangunan pura yang masing-masing peruntukannya (parahyangan, pawongan, palemahan) ada ketentuan jenis kayunya. Di mana dan bagaimana mendapatkannya, melalui permakluman atau permohonan di ulun tegal yang mewilayahi. Pantangan kayu tumbuh di sempadan sungai, setra, di batas, rebah tersangkut, melintang jalan, tunggak wareng dan lainnya wajib ditaati sebagai suatu keyakinan.

Pekerjaan komponen konstruksi dilakukan di jaba sisi pura atau di suatu tempat yang wajar. Pelaku tukang wajib menaati tata cara kramaning tukang sesuai ketentuan dan arahan undagi manggalaning wewangunan. Dalam proses pengerjaan, setiap tahap tertentu melalui ritus upakara yang dipimpin undagi, tan keneng cuntaka, namun wajib menaati brata ke-undagi-an. Dalam menjalankan profesinya, undagi atas nama (ngelinggihang) Hyang Wiswakarma. Keberadaannya serentak menyandang kapican, kawikon dan katakson, bagi undagi yang telah menjalani prosesnya sesuai ketentuan tatwa, jnana dan upakara.

Bahan bangunan, tukang dan pekerja mengutamakan dari wilayah sekitar. Peranan teknologi bukan hal yang ditabukan. Menghindari pelaksanaan sistem tender yang sulit dipertanggungjawabkan secara kualitas, legalitas ritual maupun proses penjiwaannya. Dengan diabaikannya filsafat, konseptual dan tatwa acuan tata cara membangun pura, sulit diharapkan unsur penjiwaannya sehingga megah maraknya bangunan pura yang kini diwacanakan sebagai kehampaan tanpa taksu karismatis.

Pemugaran Pura-pura kuno yang menggusur katakson-nya batu-batu nunggul megalitikum, mengembangkan belasan pelinggih sepertinya mengalami kemunduran monis yang dikembalikan ke polis. Memang berpeluang untuk tampil megah meriah di kulit luar, namun hampa tanpa magis power yang menjiwai.

Pembangunan pura tanpa pedoman Asta Kosali, tanpa acuan gegulak modul dimensi, cenderung tampil sebagai bangunan rekreasi berlanskap buatan berornamen mengada-ada.


- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI

Pekerjaan Konstruksi

Setelah nyanggra, nyanjan, nyikut dan nglakar, pekerjaan konstruksi dilanjutkan dengan ngaug, ngakit dan ngasren yang diakhiri dengan ngurip/melaspas dan ngenteg linggih dengan rangkaiannya sesuai tingkatan, runut dan runtutannya yang rumit. Peranan undagi dari tahap 1 s.d. 8 dalam satu paket: atma, angga, khaya seutuhnya sesuai ketentuan khusus Asta Kosali yang sulit dipahami profesi lain.

Kemudian ngenteg linggih berdasarkan tegak wali manut tengeran, sasih atau wewaran (solar, lunar atau galaxy system). Pelaksanaannya sesuai ketentuan dudonan upacara dengan upakara dan pamuput-nya masing-masing. Peranan undagi dalam rangkaian yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat ini, sebatas pengamatan uji fungsi apakah semua unit, bagian dan komponen sudah berfungsi sesuai dengan hakikat akidah ruang ritual yang direncanakan.

Pekerjaan konstruksi ngaug sunduk saat posisi matahari di mana bayangan garis atas lubang depan berimpit dengan garis bawah lubang belakang adalah saat tepat yang ditetapkan. Posisi ngaug betaka beti meru, pancung ngakit atap limasan nasarin dan mendem pedagingan adalah ritus-ritus yang diyakini sebagai penjiwaan yang mampu mengantisipai ancaman bencana gempa, petir dan badai angin ngelinus puting beliung. Dengan kemampuan tahan bencana menjadikan karisma taksu suatu bangunan semakin diyakini keunggulan kebenarannya yang memang terbukti dalam kajian arsitektural tradisional.

Ngasren wewangunan (pekerjaan finishing) tidak dibenarkan dengan menghilangkan sifat-sifat fisis, chemis dan karakter estetika bahan alami yang membawa keindahan alami kodrati. Pewarnaan justru merusak di saat usangnya yang semakin parah manakala perawatan diabaikan.

Ngurip Wewangunan

Prosesnya sejak awal, ngruak karang alih fungsi dari karang tegal menjadi karang wawangunan atau mandala pura. Ukuran pekarangan dengan pengurip asta musti, ukuran halaman dengan pengurip tampak ngandang, ukurang bangunan dengan pengurip nyari, guli, guli madu, useran jari, dan bagian-bagian dari modul dimensi tiang. Tata letak dengan urip pengider, urip perwujudan, pengurip perwujudan, pengurip gegulak, urip dina wawaran dan urip pengurip-urip pemakuh. Makna pengurip wewangunan saat melaspas adalah menghidupkan dengan penjiwaan sebagai bangunan sesuai namanya.

Bahan-bahan bangunan telah dimatikan saat pengadaannya menjadi bahan bangunan. Saat upacara melaspas, jiwanya dikembalikan ke asalnya masing-masing. Dilakukan upacara peleburan dan dihidupkan (ngurip) dengan fungsi baru yang namanya bangunan. Bangunan inilah yang kemudian diproses penjiwaannya sebagai suatu kelahiran ke bumi dengan upakara sebagaimana layaknya suatu kelahiran dan kehidupan. Upacara ngulihin karang adalah suatu upakara semacam dikawinkan antara bangunan dengan pemilik-pemakainya.


- Jual Cake Ulang Tahun Bali
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI

Klasik, etnik dan unik memang, namun itulah pengurip penjiwaan sepanjang proses membangun. Bagi pandangan sekuler tentunya sebagai sesuatu yang berlebihan, mitos dan dogma yang dipandang sebagai pemborosan sia-sia.

Benarkah dengan diabaikannya ritus pengurip menyebabkan terjadinya pembangunan tanpa taksu yang semarak dalam fisik namun hampa dalam kejiwaannya? Bagaimana mungkin penjiwaan terjadi dalam pembangunan tanpa peran undagi, tanpa gegulak, yang dibangun dengan sistem tender.

Raibnya bukti pura, ditinggalkannya ayahan pratima dan menipisnya peranan krama, dapat memicu terjadinya kesadaran palsu membangun pura sistem proyek yang ditenderkan.

Sumber: Terimakasih kepada Bali Post





Recommended Download
Download Anime Movie Sub Indonesia